Selasa, 22 Mei 2012

Agama sebagai Penjaga Moral

Deni Humaedi Achmad El-ghazali, PENELITI MUDA
INDONESIAN CULTURE ACADEMY (INCA), JAKARTA
SUMBER : SUARA KARYA, 9 Maret 2012



Agama akan kian hidup manakala perilaku amoral semakin menggila. Kedatangan tahun 2012 disambut begitu suka cita oleh seluruh lapisan masyarakat dan banyak harapan dipancangkan. Harapan tersebut berangkat dari peristiwa yang terjadi sepanjang 2011 baik yang mengecewakan maupun sebaliknya. Namun, harapan tersebut tampaknya jauh dari kenyataan sebab masih saja ada luka-luka yang menapak di tahun lalu menganga kembali di tahun ini.

Adalah kekerasan, bentrokan massa, pemerkosaan, pembunuhan sampai korupsi di kalangan elite pemerintah. Tak ayal, perilaku-perilaku demikian adalah bentuk tindakan amoral sudah menimbulkan kerugian bagi manusia, khususnya karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dibilang merugikan sebab bentuk amoral itu telah menodai hak asasi manusia (HAM). Sebut saja, korupsi yang dipraktikkan oleh beberapa elite pemerintah belakangan ini.

Dampak korupsi ini - meminjam istilah Frederich Bastiat - 'seperti apa yang terlihat dan yang tak terlihat' sekilas tampak ringan dan tak ada apa-apa tapi dampaknya sudah apa-apa sedemikian endemik. Perilaku korup yang dilakukan seorang elite saja bisa berakibat bagi nasib seluruh masyarakat. Tidak hanya satu instansi yang terkait yang dirugikan, tapi juga negara dan masyarakat keseluruhan. Dapat kita bayangkan betapa jahatnya apabila uang milik rakyat, untuk kepentingan rakyat, namun dengan mudah dirampok oleh koruptor demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Namun, di balik semua itu ada dampak luar biasa, yang melebihi dampak-dampak yang telah disebutkan tadi. Selain secara materiil telah merugikan negara dan masyarakat secara keseluruhan, korupsi semakin menggambarkan betapa telah luruh moral ideal yang dianut bangsa kita. Moral ideal tersebut adalah kejujuran yang merupakan cerminan kemanusiaan yang paling luhur. Moral kejujuran ini adalah muara untuk menetaskan etos kerja keras, tekun, dan kesabaran.

Ketika moral sudah ditinggalkan begitu saja dalam keseharian, yang tersisa hanyalah kerusakan-keretakan yang melekat di bangsa kita. Akhirnya, kita akan menjadi bangsa yang nirmoral. Pada posisi inilah, agama mesti menampilkan dirinya. Tidak hanya untuk mengembalikan moral yang sudan meluruh, agama dituntut untuk menghidupkan dan membumikan spirit moral tersebut dalam kehidupan berbangsa-bernegara.

Sekiranya sudah usang untuk membicarakan bahwa kehadiran agama akan semakin tenggelam, mati di era modernisasi seperti yang diramalkan oleh beberapa ilmuwan sosial khususnya dari barat. Memang, pada segi-segi tertentu betul bahwa agama seperti yang dikatakan beberapa kalangan pemerhati sosial-keagamaan dewasa ini, tidak perlu mengemuka ke dalam wilayah publik. Ia cukup saja menjadi ranah privat yang menjadi persoalan masing-masing individu. Terlebih, untuk memasuki ranah politik (baca, negara).

Di lain sisi, justru di era sekaranglah hidup disesaki dengan pluralitas nilai-nilai yang kian membuat kita semakin bingung untuk merujuk acuan dalam hidup. Terlebih, pluralitas nilai-nilai ini telah mengikis jati diri bangsa kita semisal moral kejujuran yang diganti dengan moral kebohongan (korupsi). Dalam gal ini, maka peran agama akan semakin diperlukan untuk menjawab pelbagai persoalan tersebut. Dengan maksud lain, untuk mencegah dan meminimalisasikan perilaku amoral tersebut maka secara serta merta orang akan kembali membutuhkan peran agama.

Pada dasarnya, seperti yang kita ketahui, tegaknya moral tidak hanya diinisiasi oleh agama saja. Ada moral-moral lain yang disepakati bersama yang menjadi acuan untuk pandangan dunia (worldview) yang disebut sebagai moral publik. Seterusnya untuk menjaga moral yang sudah disepakati bersama ini agar tidak dilanggar oleh individu atau kelompok tertentu, dibuatlah hukum sebagai penjaga moral.

Tetapi, sayangnya, meskipun ada hukum sebagai penjaga, tetap saja batas-batas moral ini ditabrak tanpa mempertimbangkan dampaknya. Kekerasan, bentrokan massa, pemerkosaan, pembunuhan, dan korupsi adalah resultan dari penabrakan moral publik tadi. Maka, sebagai konsekuensi yang paling "biadab" dari perilaku amoral ini adalah pembunuhan terhadap hak asasi manusia (HAM).

Karena, dampak perilaku amoral tersebut tidak boleh terulang lagi, agama dengan sendirinya harus semakin hidup dan bersiap menuntun bangsa ke arah yang lebih baik. Benar bahwa agama, sebagaimana yang dikatakan sosiolog Bryan Turner, adalah berfungsi sebagai perekat sosial. Kehadirannya, di samping mengajarkan melulu ibadah ritual, bisa mempererat hubungan sosial meski dilatari perbedaan suku, ras, adat, dan daerah yang berbeda.

Namun, kendati demikian, tak dapat dielakkan, bentrokan massa yang belakangan ini terjadi berangkat dari konflik antar-umat beragama pula. Hemat saya, inilah yang menjadi 'pekerjaan rumah (PR) yang harus diemban oleh para pemuka agama. Dengan kata lain, para pemuka agama harus dapat membawa agama manakala dihadapkan oleh pelbagai perilaku amoral atau konflik antar-umat beragama sendiri.

Karena itu, sudah saatnya para pemuka agama memikirkan secara lebih serius bagaimana agama bisa merespon berbagai tantangan zaman, baik yang bisa menghidupkan (positif) maupun yang bisa mengikiskan agama sendiri (negatif). Tetapi, untuk sampai ke arah itu, diperlukan sikap bijak yang harus dimiliki para pemuka agama. Artinya, mereka mesti menyampaikan ajaran keagamaan dengan rasional, terbuka, soft, santun ketimbang melulu doktrinal, kaku, tertutup, dan ekslusif.

Dengan demikian, agama secara pasti bisa memosisikan keberadaannya di tengah masyarakat. Karena itu, agama tidak boleh lagi dijadikan komoditas politisasi kekuasaan semata tetapi biarkan berperan sesuai fungsinya penjaga moral.

Agama dan Otak Manusia

Luthfi Assyaukanie, AKTIVIS JARINGAN ISLAM LIBERAL (JIL)
Sumber : JIL, 1 Februari 2012


Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia. Tanpa akal tak ada agama. Hanya makhluk hidup yang berakal yang beragama. Yang tak berakal tidak menciptakan agama dan tak pernah peduli dengan agama. Yang membedakan manusia dari hewan-hewan lainnya adalah akal yang dimilikinya. Akal adalah lambang kemajuan dalam proses evolusi makhluk-hidup yang panjang.

Sebuah pepatah Arab yang diyakini sebagai hadis Nabi mengatakan bahwa “agama adalah akal” (al-dinu huwa al-aql). Pepatah ini sering dikutip ulama dan sarjana Muslim untuk menegaskan bahwa beragama membutuhkan akal agar manusia tidak terjatuh ke dalam taklid buta yang bisa menyesatkan mereka. Saya senang dengan pepatah ini, bukan hanya karena ia menunjukkan aspek rasionalitas dari Islam, tapi juga karena pepatah itu, jika ditarik lebih jauh lagi, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan temuan para saintis tentang hubungan agama dan akal.

Agama bukan hanya akal, tapi merupakan produk akal manusia. Tanpa akal tak ada agama. Hanya makhluk hidup yang berakal yang beragama. Yang tak berakal tidak menciptakan agama dan tak pernah peduli dengan agama. Yang membedakan manusia dari hewan-hewan lainnya adalah akal yang dimilikinya. Akal adalah lambang kemajuan dalam proses evolusi makhluk-hidup yang panjang.

Akal adalah bentuk non-fisik dari otak. Ia bisa diumpamakan sebagai piranti lunak (software) yang berjalan di atas otak yang merupakan piranti keras (hardware) pada sebuah komputer. Seluruh hewan bertulang belakang (vertebrata) memiliki otak dan sebagian besar hewan tak-bertulang belakang (invertibrata) juga memiliki otak. Ukuran otak manusia lebih besar dibanding rata-rata ukuran otak hewan lainnya. Akal manusia juga merupakan yang tercanggih dibandingkan akal hewan-hewan lainnya.

Jika menggunakan analogi komputer, manusia memiliki prosesor (otak) terbaru dengan sistem operasi (akal) tercanggih, sementara hewan-hewan lain memiliki prosesor dan sistem operasi yang jauh tertinggal. Prosesor dan sistem operasi yang canggih dapat menciptakan banyak hal, seperti memroses kata, mendesain, merekam suara, memutar lagu, dan mengedit film. Sementara prosesor dan sistem operasi yang tertinggal hanya bisa melakukan kerja-kerja terbatas. Semakin tertinggal sebuah komputer semakin terbatas ia melakukan fungsinya, semakin canggih sebuah komputer semakin banyak kemungkinan yang bisa dilakukan.

Tentu saja, otak manusia jauh lebih kompleks dari komputer. Tapi analogi di atas setidaknya bisa membantu kita memahami perbandingan antara apa yang telah dilakukan manusia dengan otaknya dan apa yang telah dicapai hewan-hewan lain. Kita sering melihat dua buah komputer yang tampilan luarnya sangat mirip namun berbeda dalam kemampuan kerja yang dilakukannya. Komputer dengan “otak” yang lebih maju selalu memiliki kualitas dan kapasitas yang lebih baik.

Begitu juga manusia dibandingkan hewan-hewan lainnya. Yang membedakan mereka bukan bentuk fisiknya, tapi otaknya. Secara fisik, manusia dan kera (orangutan, gorila, dan simpanse) tak banyak memiliki perbedaan. Semua anggota tubuh yang dimiliki manusia juga dimiliki kera, dari kepala, tangan, kaki, jumlah jemari, bahkan bagian-bagian internal dalam tubuh mereka, seperti jantung, hati, empedu, dan ginjal. Bahkan, DNA, bagian paling penting yang membentuk tubuh manusia, tak banyak berbeda dari kera. Menurut penelitian terbaru, kedekatan DNA manusia dengan orangutan sekitar 96%, dengan gorila 97% dan dengan simpanse 99%. Dengan semua kemiripan ini, pencapaian manusia jauh melampaui semua hewan jenis kera itu.

Kuncinya adalah otak. Otak juga yang membedakan kera dari hewan-hewan lain. Para ilmuwan sepakat bahwa kera memiliki inteligensia di atas rata-rata hewan lainnya. Kera adalah satu-satunya jenis primata, selain manusia, yang memiliki kesadaran diri dan bisa menggunakan alat sederhana, seperti batu dan kayu. Otak kera memiliki ukuran yang lebih besar dari rata-rata hewan lain dan memiliki jaringan neuron yang sangat kompleks. Hanya otak manusia yang bisa menandingi otak kera, baik dalam hal volume maupun kerumitan jaringan.

Agama, seperti juga budaya dan produk-produk lainnya, adalah hasil kerja otak. Otaklah yang menciptakan bangunan, rumah, kuil, dan candi. Otak juga yang menciptakan konsep-konsep abstrak seperti kecantikan, keindahan, kekuasaan, kekuatan, kemurkaan, dan sebagainya. Konsep-konsep dalam agama, seperti tuhan, dewa, malaikat, setan, dan sejenisnya, tidak datang begitu saja. Ia lahir dari otak yang sudah berkembang, maju, dan memiliki kosakata yang cukup untuk mengungkapkannya.

Berbagai studi terbaru tentang hubungan evolusi otak manusia dan budaya mendukung pandangan di atas. Kajian mutakhir yang dikumpulkan Voland dan Schiefenhovel (The Biological Evolution of Religious Mind and Behavior, 2009), misalnya, menegaskan nalar agama (religious mind) sebagai buah dari seleksi alam dan evolusi manusia yang panjang. Dari puluhan jenis hominid yang pernah hidup di muka Bumi, homo sapiens (manusia) yang paling unggul dan paling mampu beradaptasi dengan perubahan di sekeliling mereka. Homo sapiens menemukan agama dan menggunakannya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidup yang mereka hadapi.

Otak manusia juga yang mengembangkan agama dari bentuknya yang “primitif” hingga menjadi agama-agama modern yang sistematis seperti sekarang. Tentu saja, ada sebagian ritual primitif yang hilang, tapi ada sebagian lain yang dipertahankan. Selama otak manusia masih bisa menerima ritual-ritual itu (seberapapun absurd-nya), dia akan terus hidup, tapi jika otak manusia tak bisa lagi menerimanya, ritual-ritual itu akan lenyap. Misalnya, penyembelihan anak gadis untuk dipersembahkan kepada Tuhan (dewa) pernah menjadi ritual suatu agama, tapi ketika otak manusia tak lagi bisa menerimanya, ritual itu ditinggalkan.

Pada akhirnya, seperti kata pepatah Arab yang saya kutip di atas: agama adalah akal. Tidak ada agama bagi yang tak berakal (la dina liman la aqla lah). Akal adalah pembimbing manusia yang paling alamiah. Tanpa akal, agama tak punya makna.

Agama dan Kekerasan

Jalaluddin Rakhmat, KETUA DEWAN SYURA IKATAN JAMAAH AHLULBAIT INDONESIA
Sumber : DETIKNEWS, 4 Januari 2012


"Jika aku bisa mengayunkan tongkat sihirku dan harus memilih apakah melenyapkan perkosaan atau agama, aku tidak akan ragu-ragu lagi untuk melenyapkan agama," tulis Sam Harris, yang bersama Daniel Dennett dan Richard Dawkins dikenal sebagai the Unholy Trinity of Atheism.

"Agama sudah semestinya ditinggalkan manusia bukan karena alasan teologis, tetapi -masih kata Harris dalam The End of Faith: Religion: Terror and the Future of Reason - "karena agama telah menjadi sumber kekerasan sekarang ini dan pada setiap zaman di masa yang lalu".

Romo Magnis pernah mengatakan kepadaku bahwa orang menjadi ateis lebih banyak bukan karena pemikiran filsafat atau sains. Mereka menjadi ateis karena tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para pengikut agama. Mereka melihat kontradiksi antara apa yang dikhotbahkan dengan apa yang dilakukan.

Alkisah, ada seorang Inggris yang sangat religius. Kalau bukan orang yang tekun ibadat, ia orang yang rajin 'mencoba' berbagai agama. Ia dibesarkan sebagai Anglikan, dididik sebagai Methodist, berpindah kepada Greek Orthodoxy karena perkawinan, dan dikawinkan kembali oleh seorang rabbi Yahudi.

Sebagai wartawan, ia mengembara secara geografis dan intelektual. Ia mengumpulkan setumpuk data tentang keterlibatan semua agama dalam berbagai peperangan dalam sejarah. Hasil pengembaraan 'spiritualnya' membuahkan buku: god (dengan huruf kecil) is not Great. Ia menuliskan namanya dengan setiap huruf pertamanya huruf besar: Christopher Hitchens. Ia membagi bab-bab dalam bukunya berdasarkan kontribusi setiap agama pada pembunuhan, peperangan, dan kekejaman. Seumur hidupnya, ia menjadi pendakwah ateis yang efektif, terutama terhadap orang-orang yang menjadi korban kekejaman agama.

Setelah Hitchens, Dan Baker menulis buku dengan judul yang ditulis dengan huruf kecil dan subjudul dengan huruf besar semua: godless, How an Evangelical Preacher Became One of America’s Leading Atheists. Jawab: Karena tindakan kekerasan umat beragama.

Ayaan Hirsi Ali untuk Islam sama dengan Hitch dan Dan Baker untuk Kristen. Ia lahir di Somalia, dari keluarga bangsawan Muslim. Waktu remaja, ia masuk sekolah muslimah yang berbahasa Inggris dan didanai Saudi. Guru-gurunya keluaran Saudi. Dengan semangat ia berpindah dari mazhab Syafii yang toleran kepada mazhab baru yang sangat keras. Hidup dengan aliran keras ini tidak membahagiakannya. Ia menyaksikan berbagai tindakan kekerasan, terutama kepada perempuan, atas nama agama.

Ia mengungsi ke negeri Belanda. Di sini, ia mendapat perlakuan yang tidak enak dari sesama Muslim. Setelah kecewa dengan peristiwa 11 September, setelah membaca Manifesto Atheis dari Herman Philipse, secara resmi ia meninggalkan Islam dan menyatakan diri Atheis.

Pada 2004, Ayaan, yang kini menjadi anggota Parlemen Belanda, menulis naskah dan menyediakan suara untuk film pendek Submission. Seorang aktris, berpakaian chador yang tembus pandang, mengisahkan penderitaan empat tokoh perempuan yang ditindas atas nama Islam.

Melalui chador yang transparan, penonton melihat tubuh telanjang yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Film ini tentu saja menimbulkan kemarahan hatta di negeri Belanda sekalipun. Produsernya, Theo van Gogh, dibunuh di jalan di Amsterdam. Di atas jenazahnya diselipkan surat dan pisau yang berisi ancaman kepada Ayaan. Ia ditunjuk Time sebagai 100 most influential people in the world. "This woman is a major hero of our time," kata Richard Dawkins, anggota trinitas Atheis. Hirsi Ali menjadi dewi ateis sedunia.

Walhasil, kenapa orang menjadi atheis? Karena mereka menyaksikan atau mengalami sendiri tindakan kekerasan yang dilakukan atas nama agama. Agamanya sendiri sebetulnya hanya menjadi kambing hitam. Bisa saja orang menyulut konflik karena motif-motif sekular –misalnya, ekonomi, politik, rasialisme - tetapi mereka menyelimuti nya dengan jubah agama.

Jika kita belajar sejarah, kita akan segera tahu bahwa konflik Palestina adalah konflik etnis (Yahudi yang terdiri dari 22,9 persen ateis, 21 persen sekular dan sisanya menganut agama Yahudi dan etnis Arab yang terdiri dari Islam dan Kristen); bahwa konflik di Irlandia Utara disebabkan karena masalah etnis-politis, setelah Inggris mendirikan Perkebunan Ulster tahun 1609; bahwa konflik bersenjata antara Pakistan dan India tentang Kashmir ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah kolonial Inggris, dan bukan karena anjuran Kitab Suci; bahwa perang Irak dan Iran dimulai dari perebutan wilayah, bukan karena perbedaan mazhab (terbukti setelah perang diketahui bahwa Syiah juga mayoritas di Irak).

Bagaimana dengan konflik Sunnah dan Syiah di berbagai tempat di Jawa Timur, termasuk Sampang? "Bukan karena perbedaan pendapat, tetapi karena perbedaan pendapatan," kata petinggi NU masih dari daerah yang sama. Rois dan Tajul, kakak-beradik, dilantik sebagai pengurus Ijabi (Ikatan Jamaah Ahlil Bait Indonesia) pada 2007. Pada 2009, mereka terlibat konflik keluarga, antara lain karena masalah santri perempuan di pesantren Tajul.

Karena persoalan pendapatan, Rois meninggalkan paham Syiah dan beralih pendapat. Katanya, "Saya kembali ke Nahdhiyin, karena banyaknya penyimpangan dalam ajaran Syiah". Pada pengujung 2011, Rois –menurut pengakuannya sendiri- membiarkan orang-orang yang sependapat dengan dia menghancurkan teritori dan massa pengikut saudaranya. Media melaporkan, "Roisul Hukama memimpin massa Ahli Sunnah untuk menyerang perkampungan dan pesantren Tajul Muluk, yang berpaham Syiah". Para tokoh Islam, dengan pendapatan yang lebih besar, kemudian menabuh genderang perang. Atas nama agama!

Siapakah yang beruntung? Tidak satu pihak pun. Tidak Rois dan tidak Tajul. Siapakah yang menang? Kaum ateis. Mereka punya amunisi baru. Mereka akan menisbahkan tindakan kekerasan dan kekejian kepada agama. Tidak jadi soal apakah penyebab yang sebenarnya itu berasal dari masalah ekonomis, politis, ideologis, ethnis, atau sekedar pertikaian di antara keluarga miskin di kampung yang miskin!

Merespons Konflik Berbasis Agama

Rumadi, PENELITI SENIOR THE WAHID INSTITUTE
Sumber : KOMPAS, 14 November 2011



Komisi IX DPR sedang membahas Rancangan Undang-Undang Penanganan Konflik Sosial, di mana dalam naskah akademiknya, agama dipandang sebagai salah satu sumber konflik sosial.

Konflik sosial, termasuk konflik bernuansa agama, merupakan kenyataan yang pernah dan mungkin akan terus terjadi di Indonesia. Namun, pemerintah (dan juga agamawan) enggan mengakui kenyataan tersebut.

Meski di sejumlah tempat, seperti Ambon dan Poso, pernah terjadi konflik bernuansa agama yang begitu kental, para pejabat pemerintah lebih senang menyatakan sebagai konflik sosial biasa, tak ada hubungan dengan agama. Kalau toh semangat keagamaan ada dalam konflik, itu sering dianggap penyebab sekunder atau agama hanya dijadikan kamuflase konflik yang sebenarnya, seperti konflik perebutan sumber daya ekonomi dan politik. Bahkan, tindakan terorisme yang jelas-jelas menggunakan spirit agama juga tak diakui sebagai persoalan agama. Kalau toh terorisme dianggap terkait agama, yang dipersalahkan adalah pemahaman keagamaan yang keliru.

Pertanyaannya, mengapa ada keengganan untuk menyebut konflik agama? Tentu ada alasan meski tak terucap, misalnya agama adalah sesuatu yang suci, sedangkan konflik sosial dianggap kotor. Yang suci dan yang kotor tak mungkin bersatu. Agama juga dianggap hal sensitif yang bisa mengaduk-aduk emosi massa. Begitu sebuah konflik dideklarasikan sebagai konflik agama, dikhawatirkan terjadi eskalasi.

Warisan dan Potensi Konflik

Indonesia kini menghadapi masalah-masalah warisan konflik masa lalu dan potensi konflik di masa depan. Persoalan warisan konflik masa lalu merupakan akibat dari belum tertanganinya secara memadai akar dan sumber konflik yang pernah terjadi.

Potensi konflik timbul akibat kebijakan pembangunan tak peka konflik, menguatnya sentimen kedaerahan akibat desentralisasi, kian langkanya sumber daya akibat bencana dan eksploitasi alam, serta konflik politik akibat belum terkonsolidasikannya demokrasi. Di satu sisi, potensi konflik warisan masa lalu masih perlu penanganan khusus, di sisi lain muncul potensi konflik baru yang perlu pencegahan dan pembangunan perdamaian lebih sistematis dan berkesinambungan.

Penanganan konflik selama ini dihadapkan pada pilihan-pilihan dilematis: apakah sepenuhnya diserahkan ke negara untuk bertanggung jawab menanganinya atau diserahkan ke mekanisme sosial-kultural yang hidup di masyarakat sipil. Hal itu tecermin dalam perdebatan yang berkembang selama ini, antara pendekatan resolusi konflik dan pendekatan HAM. Pendekatan resolusi konflik lebih menekankan pentingnya penyelesaian konflik berbasis pendekatan kultural mengingat banyak konflik terjadi tak hanya melibatkan warga sipil sebagai korban, tetapi sekaligus juga sebagai pelaku, seperti terjadi dalam konflik komunal di Maluku, Maluku Utara, Poso, serta Kalimantan Barat dan Tengah.

Pendekatan HAM lebih menekankan pentingnya penyelesaian konflik berbasis HAM, meminta tanggung jawab negara atas tindak kekerasan dan pelanggaran HAM yang dilakukan, khususnya ketika negara justru terlibat sebagai aktor dan masyarakat jadi korban. Pendekatan komprehensif diperlukan dengan memadukan kedua model lewat pendekatan pembangunan sebagai perdamaian, dengan menempatkan keterjaminan pemenuhan kebutuhan dan hak dasar warga negara melalui kebijakan peka konflik dan peka HAM, bukan semata untuk mencegah konflik, melainkan juga mengatasi akar dan sumber konflik di masyarakat. Kebijakan ini perlu diintegrasikan ke sistem hukum dan politik sebagai bagian dari pelembagaan dan konsolidasi demokrasi.

Pembentukan RUU ini sebenarnya langkah strategis menuju bergulirnya kebijakan peka konflik dan sensitif HAM. Dengan itu diharapkan kebijakan pencegahan konflik dan pembangunan perdamaian lebih terarah dan terpadu, di tingkat nasional maupun daerah. Pelembagaan upaya pencegahan konflik dan pembangunan perdamaian di dalam sistem hukum dan politik sangat penting karena perdamaian, pembangunan, dan demokrasi tak bisa dipisahkan satu sama lain. Pembentukan RUU ini diharapkan mendorong kebijakan pembangunan yang kian peka konflik, sensitif HAM, dan mempromosikan perdamaian sehingga kalau ada konflik, bisa diselesaikan secara demokratis di setiap level pengambilan kebijakan.

Arah RUU

Pertanyaannya, apakah RUU ini sudah berjalan ke arah tersebut, terutama yang terkait konflik keagamaan. RUU ini sebenarnya tak secara khusus membahas spesifik soal konflik agama. Apa pun latar belakangnya, konflik secara umum dikategorikan konflik sosial meski setiap konflik punya karakter sendiri-sendiri dan menuntut model penyelesaian berbeda. Agama hanya disebutkan salah satu sumber konflik sosial, di samping suku, etnis, perebutan wilayah, perebutan sumber daya ekonomi, distribusi dan sumber daya tak adil. Barangkali memang tak perlu pembahasan secara khusus.

RUU tampaknya menghindar dari penyelesaian konflik vertikal. Meski dalam naskah akademik dijelaskan macam-macam konflik, konflik vertikal, horizontal dan diagonal, dalam perumusan konflik cenderung diletakkan sebagai konflik horizontal. Ini bisa dilihat dalam rumusan pengertian konflik, yang diartikan ”benturan dengan kekerasan fisik antara dua atau lebih kelompok masyarakat atau golongan yang mengakibatkan cedera dan/atau jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, berdampak luas, dan berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang menimbulkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga menghambat pembangunan nasional dalam mencapai kesejahteraan masyarakat”.

Dari rumusan ini, ada beberapa pertanyaan. Pertama, apakah ini ketidaksengajaan atau upaya sadar sebagai cara menghindar negara dari konflik sosial, terutama konflik bernuansa agama? Kedua, model pendefinisian demikian tak bisa sepenuhnya digunakan untuk menyelesaikan konflik-konflik keagamaan yang marak di Indonesia, seperti soal Ahmadiyah, konflik tempat ibadah, dan intoleransi.

Dalam kasus-kasus itu, meski jelas terjadi konflik, isu-isu itu tak masuk skema RUU ini selama tak ada ”peperangan” antardua kelompok. Penyusun RUU Penanganan Konflik Sosial tampaknya hanya membayangkan konflik yang pernah terjadi di Ambon dan Poso, padahal konflik sosial bernuansa agama kini modusnya beraneka macam. Jika memang yang dibayangkan konflik Ambon dan Poso, kedua konflik besar ini bukanlah semata konflik antarkelompok masyarakat, tetapi ada faktor negara di sana. Kita tak bisa membayangkan aparat birokrasi itu bisa sepenuhnya ”netral” dalam konflik sosial sehingga mereka sepenuhnya diberi kewenangan untuk menyelesaikan.

Dalam kasus Ambon dan Poso, aparat keamanan dan birokrasi justru jadi bagian dari konflik itu sendiri. Karena itu, penyelesaian pencegahan, penghentian konflik, dan penanganan pascakonflik tak bisa dilakukan secara mekanik. Hal lain yang alpa dari RUU ini adalah pendefinisian tentang korban konflik. RUU ini sama sekali tidak punya perspektif korban yang harus dipulihkan hak-haknya. Ini persoalan serius yang harus mendapat perhatian penyusun RUU ini

Haji dan Sikap Antikorupsi

Lamlam Pahalam, DIREKTUR BANDUNG INTELLECTUAL CIRCLE
Sumber : KORAN TEMPO, 19 November 2011



Setelah dua bulan lamanya, perhelatan pelaksanaan haji tuntas dilaksanakan. Anggota jemaah haji sudah kembali ke kampung halamannya masing-masing untuk kembali berkumpul dengan sanak saudara, handai taulan, maupun teman sejawat setelah sekian lama menunaikan ibadah haji dengan segala macam rukun yang terkandung di dalamnya.Tentu orang mendoakan bagi para hujaj (orang-orang yang melaksanakan haji) agar mereka mendapatkan predikat mabrur, adanya kualitas diri yang baik dari sebelumnya. Mabrur dimaknai dengan adanya perubahan sikap serta orientasi hidup ke arah yang lebih benar, mendasar, baik, dan tepat. Hasil ini poin penting bagi orang yang telah bersusah payah melaksanakan ibadah haji. Perubahan ini adalah pesan berharga bagi orang yang telah melaksanakan rukun Islam kelima.

Perubahan kualitas individu bagi hujaj tidaklah disimbolkan dengan perubahan kopiah dari warna hitam ke warna putih. Secara simbolis, ini bagus. Namun yang terpenting adalah adanya perubahan karakter yang mendasar, yang menyasar dan membersihkan karakter tercela. Di antara perubahan karakter yang mendasar tersebut ialah adanya perubahan sikap dan mindset hidup dari sifat rakus dunia menjadi moderat, dari hedonis ke sederhana. Sebab, karakter hedonis inilah yang menjadi penyebab orang melakukan korupsi.

Nalar Ihram

Makna ini bisa terbaca secara cermat dari pakaian ihram yang senantiasa dipakai oleh hujaj, bahwa pakaian ihram berwarna putih tak berjahit. Semua yang melaksanakan ibadah haji, pakaian ihram-nya sama, tidak membeda-bedakan antara si kaya dan si miskin. Pakaian ihram, yang melambangkan kesederhanaan, menunjukkan gaya hidup yang tawadhu, tidak lagi mempertontonkan pakaian yang mencerminkan gaya hidup hedonis, bermegah-megah, dan berfoya-foya. Pakaian ihram memberi pelajaran kesetaraan dan kesamaan manusia di hadapan Sang Pencipta. Bahwa pakaian yang bagus bukanlah pakaian baru dengan model yang perlente maupun dengan harga yang
mahal. Pakaian baru pun bukanlah baju bermodel fashion Prancis ataupun baju berbahan sutra. Namun pakaian bagus adalah pandangan hidup yang jelas terhadap
dunia dan segala isinya. Pandangan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai luhur yang dianut.

Demikian juga dalam pelaksanaan ibadah haji. Orang melakukan wukuf di Arafah dengan segala tuntutan perbuatan yang dilakukan. Bermunajat, berdoa, dan melakukan muhasabah (introspeksi diri). Wukuf berfungsi membongkar sikap keserakahan dan ketamakan hidup yang kerap dilakukan.Wukuf di Arafah menunjukkan evaluasi kritis terhadap episode kehidupan yang telah kita lalui. Paradigma wukuf memberikan pendidikan kontrol diri terhadap godaan hidup yang semakin keras dan kencang.

Tak ketinggalan melakukan jumrah (melempar batu), yang dimaknai dengan pelemparan terhadap setan yang menjadi sumbu kejelekan. Ia mengandung pesan
yang mendalam untuk senantiasa mampu melemparkan gaya hidup yang berlebihlebihan, yang bermuara pada gaya hidup hedonis. Jumrah dimaknai dengan sikap mengusir rasa rakus dan tamak yang mengendap di dalam jiwa dengan batu
keimanan. Rayuan setan maupun godaan iblis yang melahirkan perilaku korupsi sepantasnya dilempari oleh batu ketakwaan.

Gaya hidup yang hedonistik maupun permisif hanya akan melahirkan karakter korupsi di negeri ini. Pandangan kehidupan yang mengajarkan keserakahan dan budaya serba boleh akan bermuara pada pengerukan harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Mengeksploitasi keuangan dengan cara apa pun, mengabaikan prinsip halal dan haram. Pola pikir seperti inilah salah satu motif yang paling dominan saat orang melakukan korupsi. Semua pandangan dan gaya hidup di atas dikoreksi oleh cara berpakaian ihram.

Demikian juga perilaku korupsi yang senantiasa dilakukan berulang-ulang, yang menunjukkan tidak adanya evaluasi diri secara cerdas. Mengunyah perilaku minus dan terus minus, mencerminkan lemahnya kontrol terhadap kualitas hidup. Rajinnya menggarong uang negara tiap tahun, lagi dan lagi, memperlihatkan hilangnya perenungan nalar terhadap kesadaran diri. Deretan perilaku bejat ini seharusnya bisa diredam dengan karakter wukuf. Sebab, sejatinya wukuf adalah pengevaluasian diri secara total terhadap rekam jejak kehidupan masa lampau yang suram.

Pelengkap dari semua itu, menghardik sikap keganasan terhadap harta haram adalah nilai etis yang diserap dari nalar jumrah. Melemparkan keserakahan, mengusir hedonisme, dan menghardik ketamakan merupakan “mata kuliah”jumrah dengan “bobot SKS”tiga hari.Tentu semoga para politikus yang telah menunaikan ibadah haji menerjemahkan nalar jumrah ini secara pintar dalam lingkaran kekuasaan mereka. Sebab, karakter hedonis, permisif, maupun sikap oportunis adalah bensin yang melahirkan percikan api korupsi.

Bagi para politikus yang telah berhaji, predikat haji mereka dituntut untuk dibuktikan
dalam perilaku politiknya dengan sikap sederhana tapi anggun.Tidak lagi mendemonstrasikan kekayaan maupun memamerkan kelebihan harta demi penilaian yang semu dan lucu. Para politikus yang telah berhaji dimohon dengan hormat untuk melonggarkan gaya kehidupannya secara wajar, patut, dan etis. Sebab, mereka telah mendapatkan pendidikan haji, yang mengajarkan tentang kesederhanaan dan sikap integritas yang tinggi. Amat bertolak belakang jika sikap dan karakter para politikus yang telah melaksanakan ibadah haji tidak berubah. Boleh jadi gelar haji mereka patut dipertanyakan sekaligus gelar mabrurnya bisa diragukan. ●

Doa Bersama Antaragama

Martin Lukito Sinaga, PENDETA GKPS; KINI BEKERJA PADA LEMBAGA OIKOUMENE DI GENEVA, SWISS
Sumber : KOMPAS, 3 Desember 2011


Pada 27 Oktober 1986 di Asisi, Italia, Paus Yohanes Paulus II mengundang pemimpin agama-agama memanjatkan doa perdamaian bersama.

Dalam sambutannya Paus menegaskan bahwa ”kedatangan kita dari berbagai penjuru di muka bumi ini, dan kini bersama-sama hadir di Asisi, adalah sebuah tanda betapa kita memiliki panggilan yang sama demi perdamaian dan harmoni dunia”. Asisi dipilih karena dari situ Fransiskus Asisi (1182-1226) berasal, pemimpin rohani Katolik yang semasa Perang Salib menyeberang ke Mesir dan berdialog dengan pemimpin Islam, Sultan Malik al-Kamil.

Setelah 25 tahun, Paus Bene- diktus XVI menghidupkan spirit Asisi itu dan mengundang tokoh- tokoh agama bertemu lagi di Asisi. Pertemuan kali ini bertema ”Pilgrims of Truth, Pilgrims of Peace”. Vatikan menegaskan pertemuan itu hendak mengaminkan bahwa setiap manusia pada akhirnya merupakan peziarah pencari kebenaran dan kebaikan dan, dalam terang peziarahan itu, bersama-sama kiranya mengukir dunia yang adil dan damai.

Dalam hal itu sosok Fransiskus Asisi dan Sultan Malik al-Kamil dapat membantu kita kini dalam perziarahan rohani. Di tengah kecamuk Perang Salib, pada 1219, Fransiskus Asisi menyelinap masuk tenda Sultan Malik di Damietta, Mesir. Ia ingin agar perang berakhir, juga agar sang Sultan mau menjadi Kristen.

Dalam kebesaran hati Sultan itu, ia dapat memahami dan menerima niat baik Fransiskus dan dalam terang pengalamannya berjumpa dengan orang Kristen Koptik di Mesir, ia meyakinkan Fransiskus bahwa bukannya beralih agama yang terutama, melainkan nyatanya keramahtamahan iman yang terbuka menerima pihak yang berbeda.

Iman yang bisa terbuka, dalam sikap keramahtamahan itu, sungguh diperlukan kala itu. Kini kita pun butuh iman atau keberagamaan yang terbuka, dan doa bersama lintas agama akan jadi bukti utama adanya iman sedemikian.

Sultan Malik pasti menemukan kedalaman dan kejernihan doa Fransiskus, seperti kerap ia rasakan dalam doa para sufi Muslim di Mesir. Apalagi diketahui bahwa kehidupan Fransiskus sedemikian sederhana, tak mencekau harta benda. Sang Sultan tahu bahwa sikap tak lekat akan yang material tadi datang dari sikap taat dan cinta kepada Allah, pemilik sekalian alam ini.

Dalam berdoa kita sebetulnya sedang mengakui misteri yang mengelilingi hidup manusia; doa menjadi jalan agar manusia bisa tiba pada sang Misteri itu. Ada momen berkomunikasi kepada- Nya dalam doa dan seiring dengan itu kemurahan-Nya pun te- rasa berlimpah.

Maka, sering dikatakan, doa adalah bahasa jiwa yang hendak membicarakan dan membuka hati terhadap mukjizat kehidupan yang tak habis-habisnya. Kalau demikianlah makna doa, maka keterbukaan hati dan iman pada Sang Ilahi yang murah hati tadi tak mungkin tanpa kehadiran sesama manusia. Yang melimpah dari-Nya pasti diberikan untuk semua manusia sehingga doa ”saya” selalu berdimensi syafaat: agar mereka, juga kita, diberi berkat dan sejahtera. Di sini ”saya dan engkau” bersama-sama dapat berdoa dan berharap akan kemurahan-Nya yang tak berbatas.

Perlu dicatat, doa bersama tak berarti agama-agama perlu melanjutkannya dengan ibadah bersama. Di sini ada batas yang menyingsing sebab, bagaimanapun, identitas agama selaku satu komunitas perlu dipertahankan. Melalui ibadah, umat beriman tengah menata identitas iman dan integritas kehidupan umatnya ke satu modus yang khas.

Ibadah adalah tindakan komunitas, sementara berdoa lebih sebagai sikap iman pribadi di hadapan Sang Misteri tadi. Dalam ibadah, agama sedang mendaku dan merayakan satu Nama yang khas, yang melaluinya mereka tiba pada Yang Ilahi tadi. Ibadah bersama dengan demikian akan membantu tiap agama mengorganisasi diri sebagai satu paguyuban yang utuh di tengah konteks kemajemukan masyarakatnya.

Makna Berdoa Bersama

Setelah peristiwa kekerasan sekitar Mei 1998, tokoh agama Indonesia yang dipimpin Gus Dur kumpul di Ciganjur berdoa bersama. Spirit dialog dan keterbukaan iman masing-masing terlihat dan hal itu dilakukan demi perdamaian di negeri kita ini.

Dalam doa bersama, agama- agama hendak melihat peristiwa kehidupan sehari-hari itu dari mata kemurahan Sang Ilahi. Kalau kesatuan Ilahi (tauhid) disebutkan dalam doa, itu berarti kemahakuasaan-Nya mutlak sehingga tak ada kekuasaan apa pun di bumi yang boleh mendaku mutlak. Kalau kasih Ilahi (Trinitas) dipanggil dalam doa, itu berarti Tuhan tak pernah berhenti mendorong manusia memilih jalan rekonsiliasi dalam hidupnya.

Dalam konteks keguncangan ekonomi global kini, doa agama- agama bisa bersama-sama mengaminkan berlimpahnya berkat- Nya, jauh dari sistem ekonomi global yang berasumsi dan beroperasi dengan prinsip kelangkaan. Pemberian Tuhan yang murah yang diaminkan agama-agama itu kiranya dilanjutkan dengan pengelolaan ekonomi yang bersifat kooperatif: semua dapat menikmati air, api (energi), dan tanah (sandang pangan).

Ekonomi yang bergerak dengan prinsip langka akan bersifat membedakan dan memprivatisa- sikan, lalu dalam sikap loba akan menimbun demi rasa aman sendiri. Namun, iman akan kemurahan-Nya yang melimpah tadi akan memberi sikap baru hidup ekonomi: bukan mengamankan diri sendiri yang terutama, tetapi menyediakan livelihood yang memberi sejahtera dan mata pencaharian bagi semua. ●

Agama dan Sikap terhadap Waria

Abdul Muiz Ghazali, ALUMNUS PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA, JOGJAKARTA
Sumber : JIL, 12 Desember 2011


“Kita membutuhkan tafsir keagamaan yang lebih menghargai dan memanusiakan kaum waria. Sebagaimana manusia lain, waria juga punya hak untuk mendapatkan perlindungan dan tidak mendapatkan penindasan. Tak seluruh waria berperilaku seksual seperti dituduhkan sebagian kalangan. Banyak di antara para waria yang ahli ibadah, bekerja produktif, berpendidikan tinggi, bermoral baik, dan sebagainya.”

Waria dianggap meresahkan. Mereka diusir, dianiaya, dan dibunuh. Tak jarang pemerintah melalui aparaturnya seperti polisi dan satpol PP melakukan sejumlah penggerebekan terhadap waria. Tindak kekerasan dan diskriminasi tak pernah sirna dari kehidupan waria. Peminggiran bahkan tak hanya terhadap waria, tapi juga terhadap siapa saja yang mendampingi dan mendiskusikan tentang waria. Dengan demikian, tak banyak orang yang berani turun tangan mengadvokasi waria. Sebab, waria telah dipandang sebagai penyimpangan. Waria dianggap sumber maksiat dan kejahatan. Menurut kelompok kontra waria, Allah hanya menciptakan laki-laki dan perempuan, tidak waria.

Tak satu pun ayat al-Qur’an yang menyinggung jenis kelamin (identitas seks) selain laki-laki (al-dzakar) dan perempuan (al-untsa). Tetapi, dalam hadits disebut jenis kelamin lain yang dinamakan khuntsa, yakni seseorang yang mempunyai alat kelamin ganda (hermaphrodit). Kitab-kitab fikih telah banyak menyinggung soal hukum khuntsa ini, bahkan fikih telah mengajukan satu kategori lebih lanjut, yaitu khuntsa musykil, berikut postulat-postulat hukumnya. Dengan demikian, khuntsa bukan waria karena waria hanya memiliki satu alat kelamin: penis. Waria lebih tepat dipahami sebagai seorang laki-laki yang memiliki kecenderungan seksual perempuan. Kondisi seperti ini dalam hadits dinamakan mukhannats, yaitu laki-laki yang menyerupai perempuan.

Dalam hadits riwayat ‘Aisyah dikatakan bahwa seorang mukhannats pernah masuk ke ruangan istri-istri Nabi. Lalu Nabi tak menginginkannya. Nabi bersabda, “Tidakkah kamu lihat, mukhannats ini mengerti apa saja yang ada di sini. Maka, jangan masukkan mereka ke rumah kalian”. Setelah itu, istri-istri Nabi menghalangi mukhannats tersebut jika yang bersangkutan hendak memasuki rumah. (HR. Muslim). Menghadapi hadits ini, al-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim coba membuat kategorisasi. Yaitu, mukhannats min khalqin (given) dan mukhannats bi al-takalluf (constructed). Pada yang pertama, menurut al- Nawawi, mereka tidak tercela dan tidak berdosa. Bergaul dengan mereka tidak dilarang. Sementara terhadap yang kedua, hukumnya dosa dan terlaknat.

Setarikan nafas dengan al-Nawawi adalah pendapat Ibn Hajar. Ia juga membagi mukhannats ke dalam dua bagian: min ashlil khilqah (tercipta sejak dalam janin) dan bil qashdi (lelaki yang dengan sengaja memoles dirinya dan berperilaku seperti perempuan). Menurut Ibn Hajar, jenis pertama tak terlaknat (ghair mal’un) tapi harus tetap diupayakan agar yang bersangkutan bisa mengubah diri menjadi lelaki sejati. Membiarkan dan merelakan diri dengan kondisi itu tanpa ada usaha, ia akan tetap mendapat celaan—celaan sosial juga teologis.

Pandangan al-Nawawi dan Ibn Hajar “diinspirasikan” oleh firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 5. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa penciptaan manusia itu ada yang sempurna (mukhallaqah) dan ada yang tak sempurna (ghair mukhallaqah). Mayoritas mufassir memahami ghair mukhallaqah ini sebagai ketidaksempurnaan secara jasmaniah, baik berupa keguguran maupun cacat. Ini wajar karena para mufassir hanya melihat apa yang ada saat itu dan ilmu pengetahuan masih belum berkembang seperti sekarang ini.

Namun, jika memperhatikan penjelasan kedokteran, kita akan menemukan penjelasan lain. Janin bermula dari zygote, penyatuan sperma dan ovum. Jika zygote mengandung satu kromosom X dari perempuan dan satu kromosom Y dari laki-laki, maka ia akan menjadi janin laki-laki. Sebaliknya, jika zygote terdiri dari kromosom X dari benih laki-laki dan satu kromosom X dari benih perempuan, maka ia akan menjadi janin perempuan.

Tapi, jika dalam zygote terjadi kombinasi tanpa mengalami pembelahan kromosom, maka si janin akan mengidap kelainan. Bukan hanya itu, ketika janin berusia delapan minggu akan tetapi kurang mendapat asupan testoteron ke otaknya, sekalipun berjenis kelamin laki-laki, maka secara kejiwaan, termasuk orientasi seksualnya, adalah perempuan.

Itu mungkin yang dimaksud ghair mukhallaqah dalam ayat tersebut. Sebab, dalam al-Qur’an terdapat penjelasan bahwa ada sebagian lelaki yang tidak berhasrat secara seksual dan tidak menginginkan untuk hidup bersama perempuan. Al Qur’an menamakannya sebagai ghair uli al-irbat min al rijal (QS., 24:31). Waria secara kejiwaan memang tidak memiliki hasrat untuk membangun rumah tangga dengan perempuan.

Sebaliknya, sebagaimana perempuan, waria menghendaki membangun rumah tangga bersama laki-laki. Ini hanya sedikit ayat yang bisa dipakai untuk merespons waria, bahwa waria adalah seorang lelaki yang sejak dalam janin memiliki “kelainan” otak atau jiwa (ghair mukhallaqah) yang tidak memiliki hasrat seksual sedikitpun terhadap wanita (ghair uli al-irbat).

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kedudukan waria dalam hukum Islam? Bagaimana tentang perilaku seksualnya? Sama-sama “berkelainan”, waria berbeda dengan khuntsa (hermaphrodit). Waria tak pernah menjadi diskursus dalam fikih Islam. Misalnya, tentang shalatnya, zakatnya, hajinya, dan hukum warisnya. Diskursus tentang waria selalu mengarah pada perilaku seksualnya. Waria (di)identik(kan) dengan sodomi atau liwath. Tentang sodomi ini, nyaris semua ulama mengharamkannya. Sodomi dianggap sebagai perilaku seksual abnormal, menjijikkan dan karena itu harus diajuhi.

Dalil yang menjadi sandaran keharamannya adalah al-Qur’an yang mengisahkan tentang kisah Nabi Luth (misalnya, QS., 7:80-81; 26:165-166; 27:54-55). Sejumlah hadits yang mengutuk perilaku kaum Luth juga banyak.

Namun sebagaimana zina, seluruh ulama memberi satu rambu bahwa tuduhan sodomi memerlukan empat saksi yang masing-masing saksi melihat dengan mata telanjang masing-masing, hubungan seksual itu dilakukan. Tanpa ada empat orang saksi, tuduhan itu tidak sah dan penuduhnya bisa mendapat hukuman cambuk sebanyak delapan puluh kali. Dengan perkataan lain, menuduh sodomi kepada waria tanpa menghadirkan empat orang saksi adalah qadzaf, sebuah tuduhan palsu yang notabene adalah tindak kriminal. Apalagi tak seluruh waria melakukan praktek sodomi. Tak sedikit di antara mereka, yang memandang bahwa sodomi adalah kejahatan. Karena itu, menghindari generalisasi terhadap perilaku seksual waria adalah jalan arif dan bijaksana.

Dalam kasus sodomi banyak waria mempertanyakan, kenapa hanya waria yang dipersalahkan. Kenapa publik tak juga menghukum para pria yang datang menghampiri para waria. Di sini tampak adanya diskriminasi dan ketidakadilan. Sebab, demikian waria beragumen, sodomi itu mengandaikan dua pihak: waria dan pria yang mendatangi. Para waria juga kerap bertanya, jika perilaku seksual waria dianggap menyimpang, mengapa orang ramai tak jua memandang perilaku pria yang menyodomi waria sebagai menyimpang.

Dengan penjelasan-penjelasan ini, kita membutuhkan tafsir keagamaan yang lebih menghargai dan memanusiakan kaum waria. Sebagaimana manusia lain, waria juga punya hak untuk mendapatkan perlindungan dan tidak mendapatkan penindasan. Tak seluruh waria berperilaku seksual seperti dituduhkan sebagian kalangan. Banyak di antara para waria yang ahli ibadah, bekerja produktif, berpendidikan tinggi, bermoral baik, dan sebagainya. ●

Dilarang Konser Karena Pokoknya

Halim Mahfudz ; Ceo Halma Strategic dan Pengajar Pascasarjana Universitas Paramadina
SUMBER : KORAN TEMPO, 22 Mei 2012


Konser musik Lady Gaga, yang rencananya akan digelar pada 3 Juni 2012, menimbulkan perdebatan. Perdebatan berkembang sekitar alasan pihak keamanan serta organisasi para pendukung pelarangan konser dan pihak yang terheran-heran atas rencana pelarangan tersebut. Keduanya baru bersifat akan, yaitu akan mengadakan konser Lady Gaga, dan pihak lain akan tidak memberi izin. Topik perdebatan mereka adalah kepatutan secara budaya dan norma, sebuah batas subyektif dan fatamorgana.

Perdebatan ini cukup memberikan indikasi sikap masing-masing pihak. Dalam konteks ini, sikap dan peran organisasi kemasyarakatan yang lebih besar, seperti Nahdlatul Ulama, ternyata lebih tidak jelas apakah menerima atau menolak. Saya bukan penikmat musik-musik dan video Lady Gaga dan bukan penggemarnya, tapi pelarangan ini butuh penalaran, bukan karena tekanan kelompok garis keras.

Stefani Joanne Angelina Germanotta, yang kemudian populer dengan nama panggung Lady Gaga, adalah perempuan biasa kelahiran New York, 1968. Dia sangat berbakat, kemudian menjadi penulis lagu genre pop, dance, dan electronic serta sekaligus penari, penampil, dan aktivis. Album terakhirnya yang berjudul Born This Way, yang diluncurkan pada Februari 2011, menegaskan sikap dan pandangan hidup dia tentang kebebasan.

Tema-tema yang dia ungkapkan sekitar seks, agama, duit, narkoba, identitas, pembebasan, dan individualisme. Salah satu baris lirik dalam Born This Way menyatakan, "I am beautiful in my way. Cause God makes no mistakes." Tak peduli kau seorang "black, white, chola, Lebanese, atau orient, I was born to be brave". Dalam konteks kebebasan, dia mengungkapkan, tak peduli kau seorang gay atau lesbian, "I was born this way."

Beberapa ketidakbiasaan Lady Gaga ketika tampil dan dalam klip videonya telah membangun persepsi publik yang campuran antara menerima dan menolak. Anak muda yang menginginkan pembebasan menggemari penampilannya dalam berbagai kontroversi. Salah satu konser kontroversialnya adalah ketika dia tampil dengan korset terbuka dari bahan kulit, kemudian diserang pemain lain dan "dikunyah" tenggorokannya, sehingga darah mengalir ke dadanya. Pada akhirnya, Lady Gaga tergeletak di tengah kubangan darah buatan. Padahal, di daerah Bradford, Inggris, pada 2009, baru saja terjadi pembunuhan dengan korban 12 warga biasa oleh seorang sopir taksi. Kelompok-kelompok cinta keluarga memprotes pertunjukan tersebut, bahkan banyak penggemarnya yang keberatan dengan pertunjukan tersebut. Mereka mengecam pertunjukan itu karena dianggap tidak punya empati dan tidak peka terhadap keluarga serta situasi yang baru saja terjadi.

Masalah kita

Persepsi campuran atas tema-tema konser dan video Lady Gaga ini juga berkembang di Indonesia. Tidak cukup meyakinkan berapa banyak penggemar Lady Gaga di Indonesia. Ini bisa dilihat dari kurang larisnya penjualan tiket masuk dibanding artis lain, seperti Katy Perry, David Foster, ataupun Andrea Bocelli. Karena itu, tidak cukup meyakinkan juga bahwa banyak orang Indonesia yang bakal menikmati konser Lady Gaga. Yang menarik, untuk memberi kesan kepada Indonesia, dia konon bersedia menyesuaikan diri dalam kostum dan penampilan dengan budaya Indonesia ketika konser nanti, termasuk memilih batik ala Lady Gaga.

Meski begitu, ketika perdebatan muncul apakah izin akan diberikan atau tidak, masyarakat terheran-heran dengan rencana untuk tidak memberi izin konser. Keheranan mereka bukan karena mereka sebagai penggemar Lady Gaga, tapi lebih karena pelarangan tersebut pertama kali disampaikan oleh kelompok garis keras melalui ancaman-ancaman. Keheranan ini bahkan meningkat menjadi ledekan karena pihak keamanan, bahkan menteri, pun ikut memberi andil suara untuk tidak memberikan izin kepada penyelenggara konser dengan alasan yang tidak masuk akal.

Beberapa negara, seperti Filipina, juga didesak masyarakatnya agar tidak memberi izin konser Lady Gaga. Anak-anak muda Filipina keberatan dengan konser Lady Gaga karena berbagai kontroversi yang pernah terjadi sebelumnya. Di Indonesia, ketika aparat keamanan memberi alasan tidak memberi izin konser karena bisa "merusak budaya bangsa", rasa heran masyarakat makin memuncak lantaran alasan yang tidak masuk akal ini. Ketika kepolisian memberikan alasan tersebut, di media massa, berita rencana penolakan pemberian izin konser bersanding dengan berita korupsi, mulai kasus Angie, rekening gendut, hingga kasus korupsi biaya perjalanan dinas di berbagai institusi pemerintah. Penipuan dan manipulasi biaya perjalanan dinas di berbagai kementerian serta lemahnya peran dan fungsi inspektorat sebagai aparat internal yang tidak manjur membuat publik muak dengan jargon tentang "melindungi budaya bangsa". Dan itu disampaikan justru ketika pihak kepolisian sendiri tampak kehilangan peran dalam pemberantasan korupsi.

Permintaan pelarangan konser yang diiringi dengan ancaman kelompok garis keras ini perlu dicermati dengan kepala dingin. Pertama, sebagai bangsa, kita tak punya standar yang dipatuhi semua pihak secara konsisten. Kita tak punya kesepakatan bersama untuk menentukan kerumunan seperti apa yang bisa merusak budaya bangsa. Kita juga tak punya patokan mana yang lebih merusak antara sebuah konser yang menampilkan artis yang bersimbah darah, seperti konser Lady Gaga di Inggris, dan serbuan kelompok atas yang lain yang bersimbah darah sungguhan karena kebencian serta nafsu ingin menghabisi secara nyata, yang lebih merusak budaya dan moral bangsa ini. Tanpa darah pun, kita tak punya patokan mana yang lebih kejam, melarang orang beribadah, bahkan menghancurkan rumah ibadah, dan menuduh seseorang yang berbeda kepercayaan sebagai "orang lain" yang harus diperangi, atau ketidakbiasaan orang asing yang hanya datang sekali dan kemudian pergi.

Kedua, negara berpenduduk keempat terbesar di dunia ini harus menunjukkan ketegaran dan melepaskan diri dari tekanan siapa pun. Pelarangan konser ini bisa jadi pertanda makin hilangnya kepercayaan rakyat kepada negara, karena pemerintah gagal melindungi rakyat dari teror sesama warga bangsa.


Lady Gaga dan Batas Nalar
Nova Riyanti Yusuf ; Anggota Komisi IX DPR RI, Fraksi Partai Demokrat
SUMBER : SINDO, 21 Mei 2012



Pada puncak kejayaan The Beatles di Inggris, sengaja beberapa kursi baris depan di setiap konser mereka dikosongkan untuk para penyandang cacat. Maksudnya, setelah pertunjukkan selesai, The Beatles akan turun dan menghampiri orang-orang tersebut dan menyembuhkan mereka.

Pernyataan John Lennon bahwa The Beatles lebih terkenal daripada Yesus sepertinya dipersepsikan kebablasan. Gambaran ini menunjukkan seolah- olah ketenaran adalah sebuah agama baru dan para pesohor adalah tuhan mereka. Seorang anggota parlemen dari Inggris (1987–1997) David Porter juga pernah menuliskan bahwa celebrity worship syndrome (CWS) adalah agama baru untuk banyak orang.

Istilah ini pertama kali muncul tahun 2003. Pada 2008 pernah diadakan survei guru-guru Inggris oleh Asosiasi Guru dan Dosen. Hasilnya ditemukan obsesi yang tidak sehat terhadap para pesohor/ketenaran. Pada 2004, majalah People menceritakan para penggemar fanatik yang nekat meniru idola mereka. Beberapa kasus unik peniruan antara lain pembesaran bokong mirip JLo, dagu belah seperti John Travolta, sampai dengan payudara berisi Britney Spears.

Apalagi sangat mudah mengikuti tingkah polah para pesohor sejak kehadiran internet. Berusaha menghentikan asupan gosip artis sama saja berusaha berhenti makan kembang gula di sebuah toko kembang gula. Memang, tidak semua orang mengimitasi para idola mereka. Tapi menurut seorang profesor psikologi di University of Pennsylvania, Fransisco Gil-White, dengan sudut pandang evolusi Darwinian sangatlah masuk akal untuk mengimitasi individu-individu yang mempunyai tingkat status lebih tinggi.

Bahkan menurut Gil-White, mengimitasi adalah salah satu dari hal tecerdas dan luar biasa yang bisa dilakukan homo sapiens (manusia). Sangat relevan untuk membahas (lagi) Lady Gaga yang oleh beberapa kelompok masyarakat ditolak untuk mengadakan konser di Jakarta, Indonesia. Termasuk Polda Metro Jaya yang menolak menerbitkan izin konser dengan tujuan untuk menjaga ketertiban masyarakat. Persepsi keharaman atas Lady Gaga karena beberapa hal.

Pertama, lirik lagu, musik, dan pemosisian diri sebagai setan yang mampu menghipnosis penonton menuju dunia lain, yaitu dunia setan. Kedua, menghina agama (Kristen, Islam, Buddha). Ketiga, penampilan vulgar seksual. Semua persepsi keharaman ini dikhawatirkan akan merusak akhlak bangsa karena terpengaruh aliran pemujaan setan.

Ini mengeksklusikan bahwa setiap manusia begitu unik sehingga terdapat kompleksitas individual dalam menerima informasi dari lingkungan dan memersepsikan objek. Ada sebuah kesan overgeneralisasi bahwa setiap calon penonton Lady Gaga akan kerasukan setan dan para calon penonton pun mungkin masih bertanya-tanya setan mana yang dipuja oleh Lady Gaga.

Ego Boundary

Mengapa ada orang yang “kerasukan” oleh idolanya tetapi ada juga yang biasa-biasa saja? Sebuah studi pernah dimuat dalam Journal of Youth and Adolescence (1996) dengan membandingkan tiga kelompok umur (10–11, 13–14, dan 16–17). Dalam konteks intensitas pengidolaan, manifestasi perilaku, alasan memilih idola tertentu, dan tingkat pengetahuannya tentang sang idola.

Hasil self-reports mengindikasikan bahwa fenomena pengidolaan diekspresikan terutama melalui pemujaan dan peniruan pada kelompok umur termuda dan menurun intensitasnya sesuai dengan usia yang makin dewasa. Juga ditemukan bahwa anak perempuan lebih mengidolakan penyanyi dibandingkan anak laki-laki. Menurut Paul Federn, Ego Boundary (sekatego) membedakan antara apa yang nyata dan tidak nyata.

Karena boundary bersifat fleksibel dan dinamis, akan bervariasi sesuai dengan tahapan ego. Ada dua ego boundary yang utama, yaitu bagian internal dan bagian eksternal. Ego boundary internal adalah boundary terhadap nirsadar yang terepresi. Ego boundary eksternal adalah boundary terhadap stimuli atau dunia eksternal, termasuk pancaindera.

Efek Musik

Pada 1990 pernah dilakukan sebuah penelitian pada sejumlah anak SMP dan SMA di California Utara. Mereka ditanya, media apa yang akan mereka pilih jika mereka terdampar di sebuah pulau terpencil. Mereka boleh memilih tiga dari pilihan berikut: televisi, buku, video games, komputer, koran, video, majalah, radio, dan stereo. Pada semua tingkatan kelas, media musik (radio, stereo) lebih menjadi favorit dibandingkan televisi.

Secara sederhana, setiap orang pada usia berapa pun mendengarkan musik karena menyenangkan. Bagi remaja, kesenangan itu bisa begitu intens dan menjadi sebuah pengalaman puncak dalam hidup. Pernah sebuah definisi begitu magis menggambarkan musik, yaitu musik memberikan pengalaman ekstrem bagi sang pencipta dan para pendengar mengubah suasana emosi dalam bahaya, kerapuhan, kejayaan, perayaan, dan antagonisme hidup menjadi denyutan hipnosis-reflektif yang bisa dinikmati sendirian ataupun bersama-sama.

Dengan menyadari pentingnya musik dan peran sen-tralnya dalam kehidupan remaja, akan muncul juga berbagai efek musik pop yang dikhawatirkan merusak. Dalam polemik konser musik Lady Gaga, maka musik Lady Gaga terinklusi sebagai perusak. Sebuah jurnal ilmiah di Amerika Serikat menjelaskan tentang tiga fungsi utama musik, yaitu fungsi afektif, fungsi sosial, serta fungsi lirik. Tidak ketinggalan fungsi video klip juga menjadi perhatian.

Dari ketiga fungsi tersebut, beberapa studi menunjukkan bahwa efek utama dari musik adalah suara emosional dari musiknya dibandingkan dengan liriknya. Efek lirik musik yang mengandung kekerasan tidak lantas menjadikan remaja sebagai monster. Justru efek yang lebih kuat datang dari media visual seperti televisi yang menampilkan kekerasan. Remaja tidak mendengarkan musik untuk menganalisis lirik dan mempelajari perihal dunia, tetapi karena mereka menyukainya.

Musik pop juga bisa mendidik beberapa hal seperti memahami perasaannya, memfasilitasi interaksi sosial, dan sebagai medium dari fase perkembangan psikososial mereka— termasuk cinta,kesetiaan, independensi, perkawanan, otoritas—yang sifatnya lebih terbuka daripada orang-orang dewasa di sekitarnya.

Melihat kemampuan Lady Gaga mengguncangkan pemberitaan media massa dan menggarisbawahi bahan gunjingan di Indonesia, maka Lady Gaga sungguh seorang megabintang yang mampu mengacak- acak batas nalar.




Lady Gaga dan Ketersentakan Budaya
Abd. Sidiq Notonegoro ; Dosen di Universitas Muhammadiyah Gresik
SUMBER : SINDO, 21 Mei 2012


RENCANA Lady Gaga menggelar konser musik di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan pada 3 Juni 2012 mendapat reaksi dari sejumlah ormas Islam di Indonesia sehingga terancam tidak memperoleh izin dari Mabes Polri. Salah satu alasan yang cukup mendasar ialah sosok Lady Gaga yang dinilai bisa merusak mental generasi muda.

Mungkin sebagian pihak menilai alasan tersebut berlebihan. Namun, bila diamati secara mendalam, alasan tersebut cukup logis pula. Mengapa? Mengamati video dan atau penampilan penyanyi yang berjuluk Mother Monster, hampir seluruhnya dominan menyuguhkan perilaku bebas yang sangat ekstrem hingga dalam tataran tertentu menerabas batas norma, baik budaya maupun agama.

Penolakan terhadap konser Lady Gaga ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Lady Gaga juga pernah ditolak oleh umat Kristen di Seoul, Korea Selatan. Seperti dilansir Washington Post, Minggu (22/4/2012), umat Kristen di Seoul berdoa di gereja memohon kepada Tuhan agar konser Lady Gaga yang rencananya bakal digelar di Olympic Stadium, Jumat (27/4/2012), batal. Alasan umat Kristiani tersebut ialah melindungi anak-anak muda di Seoul agar tidak tertular homoseksualitas dan pornografi dari Lady Gaga.

Alasannya ini, tampaknya, bisa dimengerti karena Lady Gaga sangat mendukung perilaku seks menyimpang seperti homoseksualitas, perilaku yang sangat dilarang dalam ajaran agama, baik Kristen maupun Islam. Tidak hanya di Korsel, penolakan juga terjadi di Malaysia maupun Hongkong.

Penolakan masyarakat di beberapa negara, tampaknya, memiliki benang merah, yaitu mencegah menyebarnya pengaruh Lady Gaga agar tidak meracuni mental spiritual dan moral generasi muda. Bisa dimaklumi, menurut versi majalah Time, Lady Gaga termasuk pula sebagai "100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia". Bahkan, dalam majalah Forbes, Lady Gaga termasuk "100 Selebriti Paling Berkuasa dan Berpengaruh di Dunia" dan mencapai nomor satu dalam daftar tahunan "100 Selebriti Paling Berkuasa".

Di sisi yang lain, dalam dunia panggung hiburan, Lady Gaga dikenal suka berpenampilan jorok, vulgar, dan mengumbar sahwat. Maka, apa jadinya bila sosok yang dicitrakan sebagai orang paling berpengaruh di dunia ini juga berpotensi memasarkan simbol-simbol ketidakbaikan ke kalangan generasi muda?

Dalam konteks Indonesia, penolakan terhadap konser Lady Gaga cukup bisa diterima akal sehat, bahkan bisa menjadi momentum kesadaran berbudaya. Kita seperti tersentak. Sang Lady tidak hanya berseberangan dengan nilai-nilai norma ketimuran dan nilai-nilai agama di Indonesia, namun juga realitas rawannya kita semua dari pengaruh-pengaruh buruk yang berupa budaya hedonisme-materialisme.

Tidak dipungkiri bahwa budaya konsumtif sudah merasuk dalam jadi diri sebagian masyarakat bangsa ini -khususnya di kalangan generasi muda- yang berpotensi menimbulkan kerusakan moral secara masif. Budaya konsumtif juga merambah ke dunia hiburan.

Diakui atau tidak, mayoritas generasi muda kita masih didominasi oleh generasi yang bermental suka meniru (imitasi). Mentalitas imitatif ini menjadikan kalangan generasi muda lebih terbuka untuk melakukan penjiplakan terhadap hal-hal yang bersifat simbolik-empirism. Terkait dengan Lady Gaga, misalnya, seberapa banyak generasi muda kita yang memiliki kemauan untuk melakukan gerakan amal?

Bandingkan dengan mereka yang cenderung hanya mampu mengadopsi gaya seronok dan vulgar Lady Gaga. Lebih konyol lagi, peniruan tersebut sering pula salah tempat. Contohnya: mengadopsi model kostum artis di atas panggung yang kemudian justru digunakan jalan-jalan ke pasar atau mal. Akibatnya, keseronokan pun menjadi tampak berceceran di mana-mana.

Tulisan ini tentu tidak kemudian bermaksud mendukung elemen-elemen ormas Islam yang menentang kehadiran Lady Gaga dengan melakukan aksi-aksi anarkistis yang justru kian mencoreng citra Islam di mata publik. Amar ma'ruf dan nahi munkar perlu dilakukan dengan sebijaksana-bijaksananya, seperti bersurat dan berdialog. Di sisi lain, yang paling penting adalah seberapa jauh para pengambil kebijakan di negeri ini sudi mendengarkan berbagai keluhan masyarakat, termasuk para ulama, terkait masalah ini. Tidak ada negara di dunia ini yang bebas segalanya.

Terakhir, perlu pula kesadaran para promotor konser artis-artis mancanegara -atau bahkan artis lokal-nasional. Penampilan artis lokal yang mengumbar hawa nafsu juga pantas dikoreksi. Dalam soal ini, harus ada garis merah, tidak peduli artis lokal atau asing. Janganlah hanya semata-mata karena ada peluang untuk meraup keuntungan material, kemudian mereka mengabaikan dampak buruk bagi masyarakat.

Marilah semua bertekad untuk menyelamatkan generasi muda negeri ini dari ambang kehancuran. Janganlah niat awal memberikan hiburan kepada bangsa, tetapi hasilnya justru kehancuran moral yang tidak terelakkan. Jadikan momentum kontroversi Lady Gaga ini sebagai bentuk keterbangunan: alangkah jauh kita meninggalkan keluhuran budaya bangsa. ●



Yang Terupakan Lady Gaga


 Sabtu, 19 Mei 2012


Lady Gaga memang magma dunia pertunjukan. Mau tidak mau, ulahnya atau ulah yang ditujukan kepadanya bagai getaran gempa. Terasa kemana-mana: termasuk Indonesia, termasuk di dalamnya Istana Kepresidenan, dimanjakan media massa. Grafik perhatian meninggi mana kala kabar bisa tampil atau tidak tanggal 3 Juni nanti, menjadi amunisi yang seksi.

Pembicaraan mulai berkembang, dari: apakah Lady Gaga nanti akan mengenakan kebaya, atau dikawal setan yang katanya dipuja, sampai dengan faktor keamanan dan kebebasan. Pokoknya, apa saja bisa dikaitkan dengan namanya, bahkan penjual mi boleh menambah menu dengan nama: nasi goreng LG.

Yang terlupakan dalam hiruk pikuk ini, yang bisa kita pelajari dan berguna di sini, adalah bahwa Mother Monster, alias biang monster ini tidak lahir begitu. Tidak muncul seperti dukun tiban, melainkan melalui proses kreatif panjang.

Termasuk penolakan jenis musik yang dibawakan. Yang tidak terwadahi dengan jenis yang ada. Proses kreatif berikutnya, adalah adanya prasarana untuk tampil mendunia. Industri musik Amerika Serikat telah tertata untuk kemungkinan ini. Termasuk kemudian mendapatkan pinjaman bank.

Demikian juga orang-orang sekitarnya yang dibayar dan bekerja secara profesional untuk menata cahaya di panggung, menentukan ukuran panggung, jumlah perkiraan penonton, jadwal sampai dengan yang banyak dibicarakan, pakaian apa yang dikenakan nanti.

Semuanya saling tali-temali, saling mendukung dan sekaligus saling tergantung atas sebuah kesuksesan atau kegagalan. Juga para pembisik yang mengatur di mana ngomong apa, atau tidak bicara apa-apa.

Semuanya merupakan desain besar dari sebuah show. Ibaratnya, setiap hari adalah punya gawe, mengadakan hajatan besar. Ibarat lagi, posko yang dibangun bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Sehingga perencanaan memadai. Termasuk di dalamnya, kalau pun tak bisa tampil di Jakarta, sudah ada skenario B, C, apa yang harus dilakukan, apa yang harus diucapkan.

Ini semua tuntutan yang harus dipenuhi, untuk menciptakan dan membesarkan seorang diva dalam dunia pertunjukan agar bisa mendunia, menaklukkan dunia untuk menjadi yang nomor satu.

Ini semua yang perlu dipersiapkan kalau kita tak mau hanya sekadar menjadi pemuja, atau penonton, melainkan berbalik menjadi pengekspor artis. Mithos Amerika adalah segalanya sudah mulai tercuri dengan kemunculan K-Pop dari Korea.

Ini semua yang masih galau di sini, karena untuk menjadi penyelenggara yang baik pun, masih belum bisa sinkron soal izin. Termasuk tak juga belajar bagaimana seharusnya untuk menjadi prosedur yang disepakati bersama, sehingga untuk kasus yang sama, juga belajar lagi dari awal. Dengan kemungkinan hambatan sama.

Hambatan yang harusnya bukan masalah sebenarnya lebih bersifat administratif yang jelas aturan dan prosedurnya. Sementara sang artis, sang primadona, sang super star, dan kelompoknya berfokus pada masalah kreativitas. Yang harus memberi lebih, sedikitnya berbeda, apa yang ditampilkan di beda negara.

Kalau kita tak mampu melihat sisi lain yang membumi, kita tak beranjak dari posisi sebagai tukang teriak. Ketika di sekitar panggung atau juga di luarnya. Kita terpecah menjadi dua atau tiga kelompok yang seolah bermusuhan, berseberangan, dan bercuriga. Karena masalah ala Lady Gaga bisa terulang kembali untuk yang bukan dia, untuk masalah lokal dengan tokoh negeri sendiri.

Alangkah luar biasanya andai peristiwa ini membuka wawasan kita untuk memihak kepada karya sendiri, artis sendiri, dan itu bukan hanya penyanyi. Yang jumlahnya bisa ratusan - atau ribuan, karena negeri ini yang namanya seniman telah terbukti dan diakui. Bagaimana mengubah menjadi dagangan yang seksi untuk ukuran dunia, untuk menciptakan suasana kreatif adalah tantangan bersama.

Akan halnya apakah Lady Gaga pemuja setan, dan menganjurkan begitu pada Little Monsters-monster cilik, sebuatan untuk fansnya-saya tak tahu pasti. Mungkin kalau nanti ketemu setan, saya akan menanyakan kebenarannya. Mudah-mudahan setan tidak menjawab : no comment.







Jumat, 04 Mei 2012

Berhalakan (Simbol) Agama?

Friday, 04 May 2012
Tiada agama tanpa simbol- simbol. Sungguh tidak mudah menjelaskan simbolisme agama terhadap anak-anak. Namun sesungguhnya pada orang dewasa pun hampir sama saja halnya.

Orang nonmuslim Barat sering melontarkan anggapan, orang Islam itu ibadahnya menyembah Kakbah. Tak ubahnya menyembah berhala dari batu.Anggapan dan pertanyaan serupa bisa juga dialamatkan pada pemeluk agama lain. Benarkah umat Nasrani menyembah patung Bunda Maria dan Yesus? Benarkah umat Buddha menyembah patung Sidharta Gautama? Benarkah umat Hindu menyembah patung Ganesha?

Cara paling bijak, tanyakan saja langsung kepada umat beragama yang bersangkutan. Jangan menduga- duga, lalu hasil dugaan dan tafsiran itu dilekatkan kepada orang lain. Ini namanya labelisasi, satu bentuk kekerasan dalam wacana keagamaan. Objek yang menjadi sesembahan agama bersifat metafisik, transendental,tidak kasatmata, absolut, gaib, yang kemudian disebut Tuhan.

Namun kalau dikejar lebih lanjut lagi, apa dan siapa yang dimaksud dengan kata ”Tuhan”, maka diskusinya tidak pernah berakhir dari masa ke masa. Banyak kitab suci menjelaskan siapa Tuhan dan ribuan judul buku telah ditulis untuk membahas kata dan konsep Tuhan,baik berdasarkan kitab suci maupun analisis filsafat. Tiap agama memiliki konsep, doktrin, tradisi, dan tatacara beribadah bagaimana menyembah Tuhan.

Makanya setiap agama memiliki konsep tempat suci dan hari suci untuk melakukan ibadah.Tapi, lagilagi, kalau tiap konsep itu diperdebatkan, pasti tidak akan pernah selesai dan mungkin hanya akan menyakiti pihak lain.Ajaran dan praktik agama tidak untuk diperdebatkan, tetapi dipahami, dihayati, dan diamalkan. Kalau berbagi pengetahuan dan pengalaman antarumat beragama,itu bagusbagus saja.

Dalam Alquran juga dianjurkan untuk berdialog dengan bijak dan baik, jangan main paksa.Adapun soal iman, Allah yang akan menimbang di akhirat nanti. Kembali pada soal simbol. Ada perbedaan antara simbol, tanda, dan ikon. Kalau perut lapar, maka kalau melihat gambar sendok-garpu berarti tidak jauh lagi akan ada restoran. Tanda semacam ini ada yang menyebutnya indeks.

Patung Yesus dan Bunda Maria,itu masuk kategori ikon. Adapun ”salib” lebih bersifat simbolik,bukan indeks,bukan pula ikon. Islam melarang keras penggunaan ikon atau patung dalam peribadatan. Makanya di dalam masjid tidak akan ditemukan patung. Ini berbeda dari gereja, kuil atau kelenteng yang membolehkan ikon dalam upacara ritualnya. Tapi pertanyaannya, apakah mereka menyembah ikon atau patung? Tanyakan saja langsung kepada mereka.

Adapun simbol memiliki konsep dan makna yang lebih kompleks dan filosofis.Keterkaitan antara ”simbol” dan ”subjek atau objek” yang hendak dihadirkan dihubungkan dengan makna yang dibangun dan disepakati oleh sebuah komunitas, yang tidak mudah dimengerti oleh komunitas lain. Jadi,karakter simbol beda dari ikon atau indeks yang langsung bisa dipahami oleh siapa pun, yang hampir-hampir tidak menimbulkan perbedaan penafsiran.

Kecuali ketika ke luar negeri, misalnya ke Jepang, tiba-tiba saya merasa buta huruf, tidak memahami tandatanda dalam huruf Kanji. Simbol yang paling dalam maknanya dan sekaligus paling sensitif dibahas adalah menyangkut eksistensi Tuhan yang berkaitan dengan format peribadatan. Ketika orang Islam berebut mendekati dan mencium Kakbah, bagaimana memahaminya? Bahkan ketika saling adu tenaga untuk mencium ”hajar aswad”,keutamaan apa sesungguhnya yang hendak dicari?

Jawabannya sangat sensitif terhadap pertanyaan ini. Adapun tentang Tuhan, di dalam Islam yang lebih populer bukannya simbol,tetapi ”namanama” dan ”ayat-ayat” atau tanda-tanda kebesaran Tuhan. Ibarat hubungan dalam keluarga, kita memerlukan nama sebagai panggilan dan identifikasi. Kita mencintai seseorang karena sifat atau kepribadiannya, bukan mencintai namanya, sekalipun ada korelasi antara nama dan pemilik nama.

Kita mencintai dan menyembah dzat Allah, bukan nama Allah yang terdiri dari lima huruf itu.Bahkan sebanyak 99 nama Tuhan sangat populer dan dihapal. Apakah ketika menyebut nama-nama Allah itu hati dan pikiran kita juga paham dan terhubung dengan-Nya? Jadi, dalam beragama banyak sekali simbol dan tandatanda.

Kita tidak menyembah simbol, tetapi melalui simbol, tanda, dan nama, kita ingin memahami dan mendekati Tuhan yang melampaui ketiganya. Subhanallah. Maha Suci Allah dari berbagai dugaan, rekaan, dan tafsiran kita yang lemah ini.  PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT Rektor UIN Syarif Hidayatullah

POPULER, USIA BELIA TERKAYA DI DUNIA

Sumber Koran SINDO, 29 April 2012
Setiap remaja kerap bermimpi menjadi selebritas. Maklum, menjadi pesohor dianggap mudah untuk meraih segala hal yang diinginkan.


Popularitas, kemewahan, dan bergelimang harta. Tak heran jika selebritas sebagai sebuah profesi yang kini kerap menjadi incaran para anak baru gede alias ABG. Dalam anggapan mereka, dengan menjadi selebritas, mereka bisa mendapatkan sesuatu yang berbeda dengan remaja kebanyakan. Selain popularitas, tentu saja pendapatan yang tidak sedikit menjadi tujuan utama.Terlebih, di dunia internasional banyak selebritas muda yang dijadikan panutan. Sebut saja Justin Bieber yang menempati urutan teratas selebritas ABG terkaya di dunia versi The Richest People.

Dalam tajuk Richest Teens Stars 2012, remaja asal Kanada berusia 18 tahun itu disebutkan mengantongi kekayaan USD53 juta (Rp486,2 miliar). Remaja kelahiran Strartford,Ontario, Kanada, 1 Maret 1994 ini menghasilkan uang terbanyak pada film Never Say Never dan dari hits single-nya Someday.Peluncuran film dokumenter tiga dimensi (3D) tersebut mendapat keuntungan hingga USD100 juta.Keberhasilan tersebut mengalahkan ketenaran film dokumentasi kehidupan milik mendiang Raja Pop Michael Jackson, This Is It, dan konser Miley Cyrus yang bertajuk Best of Both World.

Menariknya, gadis yang disebutsebut sebagai kekasih Bieber, Selena Gomez,19,juga masuk dalam daftar ini dengan kekayaan USD5,5 juta.Selena menempati urutan ke-6 dalam daftar. Selena dalam 10 tahun terakhir berkarier sebagai penyanyi dan aktris. Penyanyi yang lahir di Grand Prairie, Texas,Amerika Serikat,22 Juli 1992 ini makin dikenal setelah meraih dua penghargaan Nickelodeon Kids’ Choice Awards. Kedua selebritas multitalenta ini dapat memiliki popularitas dan harta berlimpah berkat kerja keras.

Tidak heran bila para bintang remaja ini berhasil mendapatkan bayaran yang fantastis. Sebagai pendatang baru di dunia hiburan, Bieber mendapat perhatian masyarakat dunia. Bieber pun menularkan “Bieber Fever” (Demam Bieber). Bukan hanya dikenal sebagai penyanyi dan pemain musik, Bieber ternyata juga dikenal sebagai seorang pencipta lagu yang piawai. Dia juga meluncurkan parfum yang dinamai Someday.Produk itu menjadi parfum yang paling dicari dan digemari gadis-gadis belia.

Sejak peluncurannya Juni 2011 lalu,Someday berhasil mencetak hasil penjualan USD3 juta hanya dalam waktu kurang dari tiga minggu sejak pertama kali diperkenalkan ke publik. Kehidupan Bieber berubah drastis dari sosok remaja biasa menjadi artis papan atas dunia yang di idolakan banyak penggemar. Kepopuleran membuat pelantun lagu “That Should Be Me ” itu meraih kehidupan mewah yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dengan kekayaan yang dimilikinya, Bieber saat ini diketahui memiliki rumah dan kendaraan mewah. Seperti dikutip Hollyscoop,pada awal 2012 Bieber membeli rumah mewah seharga USD6 juta di Calabasas,California,Los Angeles,AS.

Menurut Hollyscoop, di rumah mewah itu terdapat enam kamar tidur, tujuh kamar mandi,tempat perapian,kolam renang,dan satu buah lift.Selain itu, pada bangunan yang luas tersebut,juga terdapat bagasi mobil besar yang bisa diisi beberapa mobil koleksi Bieber. Sementara itu,Daily Mail melansir, Bieber akan menginstal teknologi gadget super canggih di rumah barunya yang bergaya western itu seperti pengontrol rumah yang menggunakan sidik jari, bak mandi yang hemat energi,hingga tirai transparan.

Berbicara mengenai kendaraan mewah, seperti dilansir FemaleFirst, Bieber memiliki beberapa mobil mewah seperti Range Rover, Cadillac Coupe yang dimodifikasi dengan tema Batman, Ferrari, dan Fisker Karma. Bieber kini juga sedang berminat membeli Ducati Superbike 848 EVO seharga USD20.000. Anak muda lain yang juga tak kalah hebatnya ialah Angus T Jones,18,yang memiliki kekayaan USD7,8 juta. Remaja asal Texas ini mulai dikenal publik sejak memerankan Jake Harper dalam Two and a Half Men saat berusia 10 tahun. Pemeran George Jr dalam film George of the Jungle 2 meraih USD300 ribu per episode per hari dalam serial Two and a Half Men.

Fakta ini membuat dia menjadi anak dengan pendapatan tertinggi. Sebenarnya,Jones tidak selalu merasa nyaman akibat imbas membintangi peran Jake Harper. Sebab, dia merasa masyarakat masih menganggapnya seperti anak kecil seperti dalam film tersebut. “Maksud saya, selama ini orang menganggap saya masih seperti dulu.Padahal, saya sudah dewasa. Terkadang,saya merasa terkungkung dengan predikat anak kecil yang diidentikkan kepada saya,”ujarnya.

Meski begitu,Jones tidak memungkiri bahwa tokoh Jake Harper yang membawanya populer di dunia hiburan dan bisa meraih kekayaan dan menjadi jutawan sejak usia 7 tahun. Pencapaian sejumlah selebritas dunia dalam meraih sukses dan popularitas di usia muda menjadi representasi kalangan muda yang energik, penuh kerja keras mengaktualisasikan talenta yang dimiliki. cheerli


Memilih Musik untuk Mendulang Harta
Sunday, 29 April 2012
Berprofesi di panggung hiburan menjadi incaran utama para remaja. Buktinya tidak sedikit artis yang masih sangat belia, di bawah usia 20 tahun berhasil mengangkat namanya ke panggung hiburan di level internasional.


Nick Jonas,musisi muda pentolan grup band asal Amerika Serikat (AS), Jonas Brothers adalah salah satu dari sejumlah selebritas muda terkaya dunia. Pria kelahiran Dallas, AS, 16 September 1992 ini menduduki peringkat ke-3 dari 10 nama selebritis muda terkaya dunia versi The Richest People. Posisinya berada satu tingkat di atas aktor film Twilight,Taylor Lautner yang berada di nomor 4 dengan kekayaan USD8,5 juta. Nick berhasil mengumpulkan kekayaan USD12,5 juta dari aksi panggungnya dan rekor penjualan album lagunya bersama Jonas Brothers dan proyeknya sendiri, Nick & The Adminisration.

Nick merupakan salah satu punggawa grupmusikyangdidirikanbersama dua saudaranya Kevin JonasdanJoeJonas.Ketiganya dinilai berhasil mengumpulkan total kekayaan karenasejumlahalb u m ny a laris di pasaran seperti It’s About Time, Jonas Brothers, A Little Bit Longer,dan Lines,Vines and TryingTimes. Proyek album Jonas Brother berjudul “Lines,Vines and Trying Times” (2009) melejit ke peringkat pertama pada nominasi Billboard 200, dengan penjualan pada minggu pertama mencapai 247 ribu kopi. Sedangkan lewat Nick & The Administration proyek album yang berjudul “Who I Am”,sejak rilis pada Februari 2010 telah terjual 151 ribu kopi di Negeri Paman Sam.

Debut album ini bertengger di peringkat ke-3 di nominasi Billboard 200. Menurut Forbes,ketikabanyakmusisi dan artis ternama dunia memusatkan perhatian mereka ke pertunjukan Disney,Nick,danJonasBrothers karenasikapdewasanya,malah mempunyai pikiran lain dengan tidak mengikutinya. Mereka pun awalnya dianggap sebagai musisi yang sakit serius.Tetapi,perlahan tapi pasti,Jonas Brothers berhasil membantahnya dengan meluncurkan konser tur yang sukses meraup keuntungan senilai USD95 juta (Rp871,5 miliar) dan kunjungan mereka ke sejumlah negara yang menghasilkan USD30 juta (Rp275,2 miliar).Setiap tampil,rata-rata pertunjukan Jonas Brothers dihadiri 14.000 penonton dalam semalam.

Sikap kedewasaan lain yang mengantarkan Nick menjadi remaja sukses bergelimang materi adalah karena keberaniannya membuat proyek album sampingan yang bernama Nick Jonas & The Administration.Proyek ini berdiri sendiri yang dikelola Nick di luar manajemen Jonas Brothers.Selain Who I Am yang berhasil bertengger di nominasi Billboard 200, pekerjaan sampingan Nick ini juga pernah mengeluarkan album “Nicholas Jonas”. Jonas selain dikenal sebagai remaja yang cerdas menyanyikan dan menciptakanlagu, ABGberusia19tahunini juga sangat brilian di urusan main peran.

Pemusik yang memiliki banyak fans fanatik ini telah bermain akting di sejumlah film seperti Camp Rock (2008) dan Camp Rock 2: The Final Jam (2010), denganberperansebagaiNatedan Campfire Stories; Comes Around Gos Around (2009) sebagai Justin Lucas. Saat ini, Nick sedang sibuk berakting di sebuah drama musikal Broadway berjudul “How to Succeed in Bussines Without Really Trying,” dengan berperan sebagai J Pierrepont Finch. Keberhasilan Nick dalam membangun karier hingga mencapai go international tentulah bukan pekerjaan mudah,butuh totalitas waktu dan energi yang tidak sedikit, terlebih di usianya yang masih sangat belia.

Banyak remaja yang seusianya lebih sering menghabiskan hari-hari mereka untuk bersekolah secara teratur dan berkumpul bersama teman-teman. Sebaliknya, bagi Nick, di usianya yang masih di bawah 20 tahun dia disibukkan dengan tur konser keliling dunia,temu wartawan,jumpa fans,dan hampir setiap waktu berlatih musik. Tentu saja kesibukan yang seperti ini merupakan buah dari kreativitas yang dia ciptakan untuk kariernya. nafi’ muthohirin

Cerita Sukses Keluarga Selebritas
Sunday, 29 April 2012
Tidak sedikit keluarga selebritas dunia yang bisa melahirkan beberapa anak mereka dalam dunia hiburan. Malah, tidak jarang yang akhirnya menorehkan popularitas dan kekayaan.

Kepiawaiannya dalam bela diri membuat aktor cilik, Jaden Smith yang bermain dalam film The Karate Kid (2010) bersama aktor kawakan,Jackie Chan tercatat sebagai salah satu selebritas muda terkaya di dunia.

Seperti dilansir situs The Richest People, anak laki-laki dari pasangan musisi dan aktor ternama,Jada Pinkett Smith dan Will Smith ini menduduki peringkat ke-7 dari daftar 10 selebritas muda terkaya di dunia. Jaden yang berperan sebagai Dre Parker (The Karate Kid) di film yang berlaga Kungfu itu berhasil memperoleh bayaran senilai USD5 juta (Rp45,8 miliar) dari film ini.Tak heran remaja berusia 13 tahun dan pernah menerima penghargaan sebagai aktor muda terbaik Saturn Award 2009 ini menjadi remaja yang bermandikan uang.

Sebuah angka yang fantastis untuk seorang aktris remaja seperti Jaden. Awalnya, dalam film ini Jaden dikontrak Columbia Pictures pada Juni 2009 dengan bayaran USD1 juta (Rp9,1 miliar), yang dilakukan dengan dua kali pembayaran. Pertama senilai USD900.000 dan kedua USD100.000. Namun,hingga 2010,menurut TMZ. Com, film ini berhasil mendatangkan keuntungan senilai USD150 juta (Rp1,3 triliun) dan masuk boxoffice.Karena itu, aktor cilik yang terjun pertama kali di dunia akting pada 2003 ini menerima bonus sebesar USD2 juta (Rp18,3 miliar).

Hingga akhir 2011, Jaden mendapatkan kembali bonus dari aktingnya. Pasalnya, dia mendapatkan keistimewaan dalam kontraknya, serta melihat kesuksesan besar yang diraih film ini. Dia juga mendapat pembagian keuntungan dari penjualan merchandise film serta DVD-nya. Posisi Jaden sebagai selebritis muda kaya berada satu tingkat di atas adiknya yang seorang penyanyi cilik, Willow Smith. Anak paling kecil Will Smith ini berada di posisi ke-8 dalam daftar tersebut karena dia berhasil meraup kekayaan dari kariernya di dunia musik senilai USD4 juta (Rp36,6 miliar).

Anak baru gede (ABG) kelahiran 31 Oktober 2000 ini juga kerap menjadi trendsetter bagi para remaja karena gaya penampilannya yang fashionable. Kesuksesan Smith bersaudara dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan dinilai andal.Bermodalkan keterampilan akting dan bernyanyi kini keduanya menjadi fenomenal di telinga masyarakat dunia. Sama halnya dengan prestasi yang pernah ditorehkan kedua orang tuanya. Smith dan Pinkett yang juga pernah dinobatkan sebagai pasangan terkaya ke-4 dunia 2011 menurut The Richest People dengan total kekayaan USD39,3 juta (Rp360,5 miliar).

Selain keluarga Smith yang mampu menorehkan prestasi dan kekayaan dari dunia hiburan, nama Dakota Fanning dan sang adik Elle Fanning juga mengantongi prestasi serupa.Kedua anak pasangan Heather Joy (petenis profesional) dan Steve J Fanning (pemain liga bisbol) ini semakin mewarnai keluarga selebritas berpenghasilan tinggi di Hollywood. Penampilan Dakota menjadi sebuah terobosan dalam dunia hiburan ketika bermain sebagai Lucy Diamond Dawson dalam film I Am Sam (2001).

Dakota adalah nomine termuda untuk penghargaan Screen Actors Guild.Kakak dari aktris Elle Fanning ini memiliki kekayaan USD4 juta. Dakota menempati peringkat ke-9 dari daftar selebritas muda terkaya di dunia. Adiknya, Elle,yang merupakan model brilian dan aktris berbakat, memperoleh pundi kekayaan dari hasil kerjanya senilai USD1,5 juta. Selain itu, kecerdasannya dalam bermain peran, menahbiskan ABG yang berperan dalam film Super 8 (2011) ini pada peringkat 10 daftar seleb muda terkaya di dunia. Elle, 13, berhasil keluar dari nama besar kakaknya.

Selama bertahun-tahun,gadis cantik ini bekerja keras agar bisa keluar dari bayang-bayang kesuksesan Dakota. Elle berhasil melambungkan namanya sendiri sehingga sekarang menjadi sorotan media di seluruh dunia. Dia bahkan sukses menjadi salah satu dari 10 penerima Hollywood Spotlight Award 2011. nafi’ muthohirin

Meraih Popularitas, Menuai Kekayaan
Sunday, 29 April 2012
Industri hiburan Indonesia melahirkan banyak artis terkenal. Dunia yang menawarkan popularitas ini banyak membuat orang yang tadinya bukan siapasiapa, menjadi sosok terkenal (from nobody to somebody).


Menjadi terkenal, sangat dipastikan menuai kemakmuran. Hal inilah yang ditawarkan dunia hiburan. Tidak sedikit yang mendapatkan nasib seperti ini. Sebut saja Raffi Ahmad,dan Asmirandah.Mereka bagian dari artis muda yang bintangnya sedang bersinar. Hal ini terlihat dari sinetron, iklan, dan tayangan lain yang mereka perankan sekarang. Sekali tampil,baik untuk sinetron,iklan mereka bisa mendapatkan bayaran yang menggiurkan. Besarnya penghasilan yang diterima misalnya tercermin dari gaya hidup yang mereka jalani.

Raffi misalnya,dia mempunyai koleksi mobil mewah, seperti Chevrolet Camaro yang harganya diprediksi mencapai Rp2 miliar.Raffi juga diketahui sebagai artis yang gemar mengoleksi motor gede. Pria kelahiran Bandung, 17 Februari 1987 ini sedang menikmati kesuksesan di hiburan Tanah Air. Sejumlah profesi dunia gemerlap dia lakoni seperti pembawa acara,penyanyi,bintang iklan,pemain film, hingga menjadi produser.Karier Raffi dimulai sejak usianya masih belia, yakni 15 tahun saat menjadi tokoh pembantu di sinetron berjudul Tunjuk Satu Bintang.

Sejak awal kehadirannya, Raffi memukau banyak mata, sehingga mulai saat itu dia pun langsung banyak membintangi berbagai sinetron dan film televisi. Karier yang gemilang juga sedang dijalani Asmirandah. SaatiniputrikelahiranJakarta,5Oktober1989 ini sedang membintangi sejumlah sinetron dan iklan. Kariernya di dunia akting telah melahirkan setidaknya lima film layar lebar. Hal ini belum termasuk puluhan sinetron.“Imbasnya ke penghasilan sihmasalah pribadi. Namun, dari pekerjaan hal itu membuat menjadi motivasi lagi untuk bekerja dengan lebih baik dan makin membuatorangmakinsenang,”kata Asmirandahkepada Seputar Indonesia(SINDO).

Dia hanya merasa bersyukur karena apa yang telah dilakukan selama ini rupanya disukai masyarakat. “Obsesi dari materi tidak ada, karena Alhamdulillah sudah tercukupi. Sementara itu, obsesi karier yaitu ingin jadi sutradara dan mudah-mudahan pada tahun ini kesampaian,”jelas Asmirandah. Hanya,dia tidak memungkiri jika penghasilan yang diperolehnya dari profesi sebagai artis sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Selain untuk konsumsi, sebagian penghasilannya dialokasikan untuk membuka bisnis.“Saat ini hasil yang didapat dari dunia selebritis sebagian dipakai untuk buka bisnis fashionbareng sahabat,”tambah Asmirandah. cheerli/islahuddin


uda Kaya Raya
Sunday, 29 April 2012
Usianya terbilang muda. Tetapi, dia mampu membuktikan diri sebagai anak baru gede (ABG) multitalenta. Kerja keras membawanya ke tangga kesuksesan dan popularitas. Syahdan, dia pun dinobatkan menjadi salah satu selebritas ABG terkaya di dunia.


Cantik,energetik,dan pintar.Dia memiliki kemampuan berakting yang mumpuni. Dia juga piawai berpose di depan kamera. kemampuan vokalnya pun tidak diragukan di dunia tarik suara. Itulah segala kelebihan yang dimiliki Miley Cyrus, selebritas muda ternama yang kariern y a dimulai dari Disney Channel, Amerika Serikat (AS).

Destiny Hope Cyrus, begitulah nama lengkap selebritas muda yang merupakan putri penyanyi Billy Ray Cyrus itu. Selain dikenal sebagai seorang pemain film dan penyanyi pop, gadis kelahiran Nashville, Tennessee, AS, 23 November 1992 itu juga diketahui sebagai seorang pengarang lagu dan pemain musik. Meski usianya masih terbilang belia, pemeran utama dalam serial televisi Hannah Montana ini mampu membuktikan diri sebagai sosok entertainer muda yang serbabisa.

Bahkan dia juga berhasil menyejajarkan namanya sebagai selebritas papan atas di industri hiburan Hollywood. Pada awal karier sebenarnya nama Miley lebih banyak dikenal sebagai seorang musisi. Kendati demikian, berkat peran memukaunya sebagai Miley Stewart dalam serial Hannah Montana, dia justru meraih popularitas. Malah tokoh Miley Stewart- ––yang memiliki kepribadian ganda sebagai penyanyi pop––ketenarannya melebihi dirinya sendiri. Sejak berperan dalam film bergenre komedi remaja tersebut, nama Miley semakin dikenal masyarakat luas.

Bahkan dia menjadi idola baru di kalangan kaum muda dunia. Menurut Daily Telegraph, popularitas yang dicapai Miley merupakan sebuah kewajaran. Sebab, sejak episode pertama yang tayang pada 26 Maret 2006 silam,serial itu berhasil menyedot perhatian penonton terbesar dalam sejarah serial Disney Channel. Selain itu, film tersebut juga berhasil menjadi salah satu serial dengan peringkat tertinggi pada saluran televisi kabel. Dalam film ini Miley berperan sebagai penyanyi tenar yang menyembunyikan identitas aslinya. Hanya keluarga dan dua orang sahabatnya sajalah yang mengetahui rahasia tersebut.

Kepiawaian akting dan bernyanyi Miley dalam film ini sangat menonjol. Bahkan dalam film ini Miley menciptakan berbagai lagu yang mendukung serial televisi remaja itu di antaranya Pumpin Up the Party Now, When I Look at You,dan Party in the USA.Wajar jika Miley mendapatkan banyak pujian. Selain sibuk syuting, saat membintangi serial tersebut Miley juga sibuk mengeluarkan album dari serial Hannah Montana.Tanpa disangka album tersebut melejit seperti serial televisinya. Kesuksesan ini yang akhirnya mengangkat kekayaan dan ketenaran Miley sebagai seorang selebritas muda.

Seperti dikutip therichest.org, pada usia yang baru menginjak 19 tahun, Miley sudah mengantongi USD48 juta (Rp440,3 miliar). Pundi-pundi itu berhasil dia peroleh dari berbagai aktivitasnya di dunia hiburan. Dari mengikuti 57 jadwal tur, hasil penjualan berbagai pernik-pernik Disney tentang film Hannah Montanayang menggunakan nama dan wajahnya seperti kaos, tempat pensil, tas ransel, sampai kotak makan dan tempat minum. Dia juga mendapat tambahan kekayaan setelah bermain dalam film The Last Song.

Dalam film ini Miley memerankan tokoh seorang gadis yang kedua orang tuanya bercerai. Di film ini Miley memerankan karakter yang memiliki sisi gelap dan pemarah. Berbeda dengan tokoh Miley Stewart dalam Hannah Montana. Berkat perannya itu, dia pun masuk dalam daftar 10 selebritas muda terkaya versi the richest.Miley menempati urutan kedua di bawah penyanyi fenomenal Justin Bieber.

Menurut Hollyscoop, dua tahun sebelumnya aktris belia multitalenta ini kerap merajai dan menduduki deretan pertama dalam daftar itu.Pencapaian itu diraih ketika serial Hannah Montana berhasil mencuri perhatian masyarakat. Tetapi sejak dia tidak lagi berperan di serial tersebut, peringkatnya turun dengan penghasilan hanya USD48 juta. Seperti diungkapkan Dailymail, saat berusia 17 tahun, Miley menyatakan mundur dari serial Hannah Montana.“ Saya bukanlah boneka.Masyarakat selalu menginginkan saya berdandan seperti anak remaja.Saat saya berusia 12 tahun okelah.Tapi saya sekarang sudah lebih dewasa. Saya punya opini dan keinginan tersendiri.

Saya ingin jadi diri sendiri,”katanya. Untuk menunjukkan jati dirinya Miley pada 2008 silam membuat sebuah keputusan besar dalam hidupnya.Dia secara resmi mengubah namanya menjadi Miley Ray. Hal itu dilakukannya untuk menunjukkan kepada publik bahwa dia bukan anak kecil lagi. Bagi Miley, perubahan nama itu juga merupakan harapan baru masa depannya.“Saya ingin berjalan lebih jauh lagi.Pergi ke banyak tempat di dunia. Dengan begitu saya bisa melihat banyak hal sebagai orang dewasa,”ujar Miley antusias.

Seperti diungkapkan Hollywoodlife, penghasilan terbanyak Miley sejatinya bukan berasal dari akting di serial Hannah Montana, melainkan dari dunia musik.Meski demikian,kehebatan aktingnya dalam film tersebut tetap berhasil membuat dia diperhitungkan sebagai salah satu aktris muda papan atas Hollywood. Untuk syuting Hannah Montana, anak pasangan Billy Ray Cyrus dan Leticia Tish Cyrus ini hanya mendapat bayaran USD15.000 per episode. Namun karena karya-karyanya di bidang musik, ditunjang dengan berbagai tur yang dia jalani,penghasilannya bisa seperti sekarang.

Dengan pundi-pundi kekayaan yang telah dimiliki,dia membeli segala hal yang diinginkan seperti baju mewah dan kendaraan pribadi. Dia juga membeli rumah sendiri yang dilengkapi berbagai fasilitas lengkap dan furnitur mewah. Rumah tersebut berada tidak jauh dari tempat tinggal kedua orang tuanya di daerah Los Angeles,AS. Selain dikenal sebagai aktris serbabisa, Miley juga dikenal sebagai aktris yang memiliki kepedulian tinggi pada sesama.

Awal 2011 lalu, karena dianggap memberikan dampak positif kepada anak muda,Miley diganjar Global Action Youth Leadership Award, yang digagas aktris ternama Hilary Duff. cheerli





Kamis, 03 Mei 2012

Menyirami Bibit Kebajikan

Gede Prama, PENULIS BUKU SIMFONI DALAM DIRI: MENGOLAH KEMARAHAN MENJADI KETEDUHAN ; FASILITATOR MEDITASI DI BALI UTARA
SUMBER : KORAN TEMPO, 15 Maret 2012



Setelah dihukum beratnya koruptor oleh pengadilan plus disitanya semua harta pribadi menjadi kekayaan negara, banyak yang menyebut hal ini sebagai cahaya optimisme dalam pemberantasan korupsi. Membuat jera koruptor tentu baik, membimbing orang jahat agar baik tentu tidak keliru. Tapi sejarah panjang lembaga pemasyarakatan (LP), lengkap dengan hukumannya yang kejam, sudah dicatat sejarah tidak berkontribusi signifikan dalam menurunkan angka kejahatan. Masyarakat Barat berada jauh di depan dalam hal ini. Hukumnya rapi, aparatnya relatif lebih bersih. Tapi belum pernah terdengar angka kejahatan menurun signifikan. Akibatnya, muncul pertanyaan: tepatkah pendekatan menghukum dalam mengurangi kejahatan?

Sejarah pengetahuan menyimpan banyak pendekatan, sebagian bahkan saling bertentangan. Ia serupa dengan buku suci. Semua buku suci menyimpan kontradiksi. Di satu bagian, buku suci memerintahkan: "cepat minum gula, nanti mati". Di bagian lain, buku suci yang sama berpesan: "jangan minum gula, nanti mati". Yang mengerti kesehatan tahu, perintah pertama berlaku untuk mereka yang kadar gula dalam darahnya masih jauh dari cukup. Perintah kedua untuk manusia sebaliknya. Tugas berikutnya sederhana, apakah kita hidup dalam putaran waktu yang "kebanyakan gula", atau sebaliknya "kekurangan gula"? Dari sini dipetakan, apakah penjahat sebaiknya dihukum sekeras-kerasnya, atau dididik agar menyirami bibit kebajikan dalam diri?

Saluran televisi National Geographic pada 6 Maret 2012 secara indah menyiarkan temuan tentang warrior gene. Persisnya, semacam gen dalam diri manusia yang membuat seseorang demikian berenerginya, sehingga rawan bergabung dengan kelompok geng, bergerombol melakukan kekerasan. Hasilnya mengejutkan, mereka dengan gen jenis ini, bila diperlakukan dengan kekerasan, akan semakin keras. Kesimpulan ini akan semakin jujur terlihat bila kita bertanya ulang, seberapa persen mantan penghuni LP yang bisa dibikin baik setelah mendekam di sana bertahun-tahun? Seberapa banyak yang balik lagi? Membaca pemberitaan media, sebagian penghuni LP tidak hanya melanjutkan kejahatannya di sana, tapi juga malah bikin ricuh di LP. Bila demikian keadaannya, melakukan kekerasan terhadap manusia yang punya gen keras serupa dengan menyiramkan bensin ke api yang sedang terbakar. Jika terus dilakukan, bukan tidak mungkin kita semua akan terbakar!

Ini membawa konsekuensi luas tidak saja dalam mengelola LP, tapi juga bagaimana sebaiknya memperlakukan putra-putri kita di rumah yang bermasalah, bagaimana sekolah sebaiknya "mengorangkan" anak-anak nakal, bagaimana organisasi menyentuh hati pekerja yang suka melawan. Belajar dari sejarah panjang di mana hukuman lebih dekat dengan menyiramkan bensin pada api, mungkin bijaksana merenungkan menyirami bibit kebajikan dalam diri manusia bermasalah.

Perhatikan nama-nama manusia di semua agama. Tidak ada nama dengan konotasi buruk, seperti Injak, Pukul, Bunuh. Di samping itu, semua bayi dibuat oleh sepasang suami-istri yang berpelukan penuh kasih sayang, bukan pukul-pukulan. Semua ibu yang sedang hamil berbicara baik dengan anaknya dalam kandungan. Digabung menjadi satu, semua manusia memiliki bibit kebajikan dalam diri. Cuma, serupa dengan bibit pohon, bila tidak disirami, suatu waktu akan mati. Untuk itulah, sangat penting menemukan sebanyak mungkin cara untuk menyirami bibit kebajikan dalam diri. Merenung di atas sejarah panjang kesembuhan kejiwaan, umumnya manusia di zaman ini hanya mau yang positif, menendang yang negatif. Padahal bagian diri yang ditendang hanya hilang sebentar, dan nanti muncul lagi. Dalam bahasa Freud, masuk ke alam bawah sadar. Dalam terminologi Jung, ia akan menjadi bayangan yang mengikuti. Bila saatnya tiba, yang ditendang tadi akan muncul lagi sebagai gangguan.

Itu sebabnya, Carl Jung--setelah diperkaya filosofi Timur--kemudian belajar tidak serakah dengan hal positif, tidak marah dengan yang negatif. Jung menyebut terapi sebagai the work of reconciliation of opposites. Memadukan dualitas kemudian mengalami kesembuhan. Sebuah pendekatan yang mirip meditasi. Urutan langkahnya sederhana: acceptance, understanding, loving kindness, compassion. Menerima kekurangan sebaik kita menerima kelebihan, itu langkah pertama. Meminjam penemuan seorang guru meditasi: accepting without blaming is the true turning point of healing. Menerima tanpa menyalahkan adalah titik balik kesembuhan. Krusial dalam hal ini, bagaimana sebaiknya menerima manusia bermasalah sekaligus mengajak mereka menerima kekurangan hidupnya. Cahaya penerimaan lebih mudah dihidupkan bila dibangun di atas pengertian bahwa kejahatan tidak berdiri sendiri. Ada jejaring rumit berupa peradaban yang semakin gelap, keteladanan buruk elite, ketidakdewasaan orang tua, guru bermasalah, pemberitaan yang berisi terlalu banyak keburukan, lembaga agama yang mengalami krisis karisma.

Begitu sampai di tahap ini, kemudian kemarahan terhadap manusia bermasalah digantikan kerinduan untuk berbagi cinta kasih. Terutama karena manusia yang tadinya kita benci ternyata hanya korban, bukan aktor dari kerumitan kehidupan. Memarahi korban tidak hanya tak menyembuhkan, tapi juga memperumit jejaring masalah yang sudah rumit. Korban-korban ini sesungguhnya tidak membutuhkan kemarahan kita, mereka lebih membutuhkan kasih sayang (compassion). Makanya, kepada setiap murid meditasi selalu diberikan obat “sayangi, sayangi, sayangi”. Cara ini tidak hanya menyembuhkan orang lain, tapi juga menyembuhkan diri ini.

Dari sini bukan berarti kita harus membongkar jeruji besi LP, membebaskan anak-anak mengunjungi situs pornografi, membiarkan koruptor melanjutkan kejahatannya. Sebaliknya, kita harus merenungkan dalam-dalam bahwa manusia jahat tidak berdiri sendiri. Kemudian mengajak mereka menoleh ke dalam, ke bibit kebajikan yang tersedia di dalam, menyiraminya dengan penerimaan, pengertian, cinta, dan kasih sayang, adalah pekerjaan rumah kita bersama. ●