Selasa, 31 Januari 2012

TIDAK MENUNGGU KAYA UNTUK BERBAGI


Keserakahan sedang mencekik dunia dan memicu krisis.Para demonstran Anti Wall Street mengecam 1% pemilik modal yang menguasai nyaris 90 % aset Amerika, sementara 99% manusia di sana hidup dengan 1% aset yang tersisa.Di Indonesia juga sama, para konglomerat terus berekspansi, di atas gaji kecil sebagian besar  buruh dan derita para penduduk asli, seperti di Papua atau Kalimantan. Berbagi, memberi,  berbuat adil tampak menjadi basi. Mari belajar dari kisah si Jorge berikut ini :



“Maka hendaklah sekarang  kelebihanmu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekuranganmu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.”



Kisah ini dimulai lima tahun lalu, ketika Jorge berjalan melewati satu perusahaan yang memproses makanan. Ia melihat mereka membuang bahan makanan (dalam keadaan masih baik). Jorge lalu bertanya, jika ia bisa mengumpulkan orang yang membutuhkan makanan, maukah mereka memberikannya? Mereka mau.



Sejak itulah, Jorge dan ibunya memasak bahan-bahan yang disumbangkan oleh perusahaan tadi setiap malam sehabis pulang kerja. Kotak makanan dan gelas kertas dipakai untuk membungkus makanan-makanan yang telah disiapkan oleh Jorge dan ibunya.

Menggunakan mobilnya sendiri, Jorge lalu membawa semua makanan ini ke tempat yang sudah ditentukan setiap harinya, di Roosevelt Avenue. Dan di sanalah, tidak kurang dari 110 orang mengantre setiap harinya, menantikan makanan yang dibawakan oleh Jorge. Mereka ini adalah orang-orang yang hanya bisa makan satu kali setiap hari dan rela mengantre di bawah cuaca yang sangat dingin untuk bertemu Jorge.



Orang-orang ini tidak punya rumah dan pekerjaan. Sejak krisis menghantam Amerika, semakin banyak pengangguran. Terutama para imigran asing. Jorge pun dulunya imigran. Ibunya yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih, mengirimkan uang setiap bulan untuk keluarganya di Kolombia. Lalu ketika beranjak remaja, Jorge ikut menyeberang ke Amerika, mendapatkan pekerjaan di salah satu sekolah lalu menjadi warga Amerika. Saat ini, Jorge dan ibunya tinggal di sebuah rumah kecil di pinggir Kota New York.



Berikut wawancara dengan Jorge:



Apa tantangan yang kau hadapi?

Hari demi hari yang menjadi tantangan adalah memiliki cukup uang untuk melaksanakan misi ini, dan juga memiliki makanan yang cukup untuk diberikan kepada lebih dari 110 orang yang menungguku setiap malam.



Apa yang memotivasimu untuk bekerja sedemikian keras setiap hari?

Tuhanlah yang menjadi pemanduku dan memberiku kekuatan untuk meneruskan misi-Nya. Hal lain yang memotivasiku adalah aku ingin membagikan apa yang kumiliki kepada mereka yang membutuhkan. Kalau kau berbagi maka kau akan “OK” dengan Tuhan.



Kapan terakhir kali kau berlibur?

Liburan terakhirku adalah lima tahun lalu ketika aku belum memulai misi ini.

Apakah orang yang kau tolong menghargai apa yang kau lakukan?

Yes, dengan senyum lebar mereka selalu berkata, “Terima kasih, Kolombia” dan “Tuhan memberkatimu.” Mereka juga berkata, “Aku akan bertemu kamu besok dan jika bukan karena kamu, aku tidak akan punya apa pun untuk dimakan.”



Apakah ada yang membantumu dan keluargamu ketika kau tiba di Amerika?

Tidak, tapi ibuku di sini dan kami mendukung satu sama lain, kami bertiga.



Apakah kau hanya membantu imigran atau ada juga tunawisma yang kau bantu?

Iya, ada juga para tunawisma yang kubantu.



Kau bergantung pada kebaikan dan donasi dari yang lain, bagaimana orang-orang ini tahu tentang kamu?

Mereka menemukanku lewat teve, internet, koran. Kadang-kadang orang pun sengaja melintasi Roosevelt Avenue dan melihat apa yang kulakukan.



Apakah kau tahu orang lain yang melakukan hal sepertimu di kota ini?

Tidak setiap malam.



Kalau ada tiga permintaan yang bisa kau ajukan, apakah itu?

Pertama aku ingin tetap sehat dan terus melakukan misi yang diberikan Tuhan ini.

Kedua, aku ingin mendedikasikan diriku untuk melakukan misi ini sebagai full-time job, dan tidak hanya memberikan kepada mereka makan malam, tapi juga sarapan.

Ketiga, aku berharap punya tempat lebih besar di mana aku bisa masak, menyimpan, dan alat-alat lain yang kuperlukan untuk misi ini.



*Jorge termasuk salah satu imigran yang diliput dalam acara koki terkenal, Jamie Oliver (Jamie Oliver’s American road trip)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar